Monday, April 17, 2006

Indonesia Produksi Biodiesel Mulai 2007 - Environmental impact ?

Indonesia Produksi Biodiesel Mulai 2007

Dari segi environment (lingkungan) pernahkah dilihat dampaknya ?

Walaupun bukan energi fosil, biodiesel jelas merupakan "Carbon Based Fuel". The energy generator is "combusting carbon" or burning HydroCarbon. Pembakaran ini tentusaja masih menghasilkan emisi carbon sebagai gas buang. Belum lagi karena penanaman pohon jarak ini secara besar-besaran tentunya tidak mungkin tidak merubah ekosistem ladang pohon jarak.

Perlu disadari ...

Tidak ada satupun tindakan yg tidak mempengaruhi ekosistem. Penanaman jarakpun perlu dikaji dampaknya terhadap ekosistem. Dampak ini (seandainya ada) tidak harus menutup segala aktifitas pengadaan biodiesel.
Not just an economic concern. Sebagai langkah untuk menahan gejolak kenaikan BBM ini cara yg brillian, meanfaatkan segala potensi tetap harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.

Namun sayapun harus tetap menyatakan bahwa cara ini secara ekonomi maupun mental tidak merubah "ketergantungan" kita terhadap BBM.

=====================================

Sabtu 15 April 2006 22:37:24 WIB
Indonesia Produksi Biodiesel Mulai 2007

MinergyNews.Com, Jakarta-- Untuk mengurangi penggunaan BBM, tahun depan Indonesia mulai memproduksi biodiesel.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, tahun depan beberapa daerah di Indonesia diharapkan mampu memproduksi biodiesel atau bahan bakar dari biji jarak sebagai alternatif bahan bakar minyak (BBM) fosil.

"Mudah-mudahan tahun depan sudah mulai dapat diproduksi untuk dikomersilkan dan menjadi potensi bisnis jangka panjang yang menguntungkan," kata Purnomo seperti diberitakan Kantor Berita Antara hari Jumat (14/4) di Batam.

Pengembangan teknologi tanaman jarak sebagai alternatif pengganti BBM konvensional kini dilakukan sejumlah daerah, terutama yang memiliki potensi pengembangan pohon jarak. Pemerintah dan masyarakat pun sudah mulai giat menanam pohon jarak.

Bila penanaman pohon jarak secara besar-besaran berhasil maka akan dibangun industri skala besarnya. "Tidak hanya biji jarak, kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan untuk biodiesel," kata Purnomo. (Ant/MNC-5)

Thursday, April 13, 2006

Potensi Geothermal vs Minyak Bumi

Seberapa besar potensi geothermal ini?

Cadangan energi fosil sangat tergantung dari jumlah (volume) yg dapat diambil atau "ditambang". Angka ini akan diskrit (secara teoritis) karena akan "habis" pada suatu saat nanti.
Energi Geothermal bukanlah energi fosil sehingga perhitungan potensial yg dapat dipakai untuk membangkitkan energi lain (dalam hal ini energi listrik) yang dapat dipakai utk memperkirakan perbandingan dengan sumber energi fosil.
Kurang diketahui bagaimana angka-angka dalam naskah Blueprint PEN-Pengelolaan Energi Nasional 2005 (lampiran B1) ini diperoleh. Namun yg sering dipakai adalah potensi pembangkitan listrik dari geothermal adalah sebesar 20 000 MW. Angka ini yg dicoba dipakai sebagai dasar perbandingan dengan energi minyak bumi. Sumber lain menyebutkan total kapasitas geothermal ini 27 000 MW.

Kalau saja untuk membangkitkan listrik 1 Kwh membutuhkan 0.28 liter BBM, maka :
- 1MWh membutuhkan 280 liter atau kira-kira 2 barel
- Kalau potensi geothermal di Indonesia itu 20 000 MW maka satu jam setara 5,600,000 liter atau 35,223 barel)
- Dalam satu hari potensi geothermal adalah setara 134,400,000 liter atau 845,351 barel BBM
- Dalam satu bulan sudah bernilai 4,032,000,000 liter BBM atau 25,360,518 barel
- Dalam satu tahun bisa menghemat 48,384,000,000 liter sekitar 304,326,214 barel

Potensi geothermal dihitung untuk jangka 30 tahun karena potensi ini diestimasi berdasarkan usia sumur geothermal dan usia mesin pembangkit yg rata-rata akan bertahan selama 20-30 tahun, seperti satu kali masa kontrak PSC yang lamanya antara 20-30 tahun. Sebagai gambaran Lapangan geothermal Kamojang sudah berusia 27 tahun dan masih memilki kapasitas 93% dari yg terpasang.

- Maka dalam 30 tahun nilainya akan menjadi setara 1,451,520,000,000 liter BBM atau 9,129,786,412 barel-e (~ 9 milyar barrel ekivalen).

Asumsi yg diambil adalah 0.28 liter BBM ini hanya memproduksi 1 Kwh. Faktor konversi liter/Kwh ini sangat tergantung dari keamampuan mesin pembangkit. Mesin pembangkit yang bagus dan efisien barangkali bisa saja membutuhkan kurang dari 0.28 liter/Kwh.


Kalau dilihat dari produksi minyak mentah (crude oil) Indonesia maka dalam satu hari potensial geothermal ini lebih besar dari produksi Indonesia saat ini yang hanya sekitar 6-7 ratus ribu barel/hari (proyeksi dalam blueprint PEN 2005 hanya 500 rb bph).
Perhitungan potensi geothermal diatas tentusaja dibatasi oleh current technology yg tercermin pada efisiensi pembangkitan (0.28 liter/Kwh) dan dalam dalam masa 30 tahun, namun secara teoritis energi geothermal tidak akan habis dalam ribuan tahun.

Dari perbandingan beberapa tipe pembangkit ternyata Capacity Factor untuk pembangkit listrik yang paling tinggi adalah dari Geothermal (Kamojang 93%, Wayang windu 94%, Darajat 93%). Coba bandingkan dg pembangkit yg menggunakan BBM/BBG (Muara karang, 65%), Batubara (Suralaya 67%), PLTA (Saguling 36%, Barantas 39%). Bahkan ada beberapa pembangkit dengan BBM memilki kapasitas dibawah 20 %, salah satu penyebabnya karena kesulitan pasokan bahan bakar.

Mengapa Geothermal memiliki kapasitas sangat besar ? mungkin karena jalur suplainya langsung dari dalam tanah (dari sumur langsung ke turbin) , jadi tidak banyak tangan, apalagi kepentingan ini kepentingan itu. Hal ini terbukti dari PLTP pertama di Kamojang yg sudah berumur 27 tahun tetap saja masih tinggi daya kemampuannya sepanjang beroperasinya. Dan tdk ada gangguan di suplai energi primernya !.

Tuesday, April 11, 2006

Ini "energi" .... bukan sekedar komoditi !



Setiap usaha manusia selalu membutuhkan energi. Salah satu usaha manusia adalah bekerja. Didalam proses bekerja inilah energi sangat dibutuhkan sebagai bagian dari proses usaha.

Berproduksi atau usaha untuk menghasilkan produk yg dapat dipakai sebagai pemenuhan kebutuhannya dilakukan manusia didalam industri, kehidupan sehari-hari serta aktifitas lainnya.

Dibenak hampir semua pengamat ekonomi ataupun ekonomi energi, jumlah MWe serta jutaan tonne batubara dan jutaan barrel yg ada tersebar di Indonesia itu bukan sumberdaya "energi sebagai ENERGI" tetapi "komoditi ekonomi" atau dagangan. Sehingga di Indonesia ini energi kurang dianggap sebagai potensi berkembang tetapi untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup.

Di Indonesia, sumberdaya energi dikontrol dengan undang-undang dan lebih dipandang sebagai sebuah komoditi ekonomi, sebagai bahan atau benda yg akan dijual belikan. Sumberdaya energi di Indonesia ini diatur seperti halnya bahan galian alam lainnya yg memang hanya bisa dianggap berupa komoditi ekonomi atau bahan dasar, misal bahan tambang logam, atau bahan baku nonlogam lainnya seperti granit, pasir, asbes dll. Sumberdaya energi jarang dipandang sebagai sesuatu yg dipakai untuk kerja. Kalau diamat-mati semua UU pertambangan serta Aturan perundangan di Indonesia masih lebih condong menjadikan potensi-potensi energi ini sebagai pengundang investasi utk diambil dan dibawa keluar (eksport) sebagai bahan ekonomi atau dagangan. Aturan dibuat disesuaikan dengan harga dunia, atau harga global. Sehingga terpaksa merasa "tabu" memasukkan subsidi didalamnya.

Perbedaan yang harus ada dalam perbedaan energi sebagai energi dan energi sebagai komoditi adalah bahwa dalam memandang sumberdaya alam energi sebagai energi HARUS ada aturan kewajiban memanfaatkan energi ini utntuk kebutuhan dalam negeri. Pembatasan penjualan gas merupakan contoh yg pas, yang tentusaja akan ditentang pengamat energi sebagai komoditi. Dan semestinya kita tidak harus malu mensubsidi kebutuhan energi dalam negeri.

KEN 2005 (Kebijakan Energi Nasional PP-5 tahun 2005) serta Blueprint-PEN (pengelolaan Energi Nasional) 2005 merupakan sebuah skenario pemerintah (cq DESDM) mengenai bagaimana energi dinggap sebagai energi, namun karena perundangan penggaliannya (eksplorasi dan eksploitasi) sendiri masih belum melihat sumberdaya energi sebagai energi, maka KEN 2005 dan blueprint - PEN 2005 akan sangat sulit direalisasikan.

Kalau saja menganggap "energi" sebagai "ENERGI", maka sumberdaya alam ini mestinya akan dimanfaatkan didalam negeri sebagai "kerja", dimana multiplier effect serta nilai tambah menjadi inti dari hidupnya masyarakat Indonesia.

Dengan demikian sudah semestinya tidak lagi sekedar menjual energi mentah ... mesti dijual sebagai hasil produk. Nah kalau emang geothermal ndak bisa dijuwal ya dipakai sendiri ... untuk bekerja, untuk menjadi "bahan baku" industri. Dan Geothermal yg berlimpah inilah yag harus dikembangkan mandiri oleh Indonesia. Investasi geothermal sudah harus diutamakan ketimbang investasi sumberdaya energi lainnya.

Sepertinya Indonesia ini memang malas bekerja, lebih berpikir menjual energi ketimbang memanfaatkan energi sebagai kerja. Energi harus dimanfaatkan dalam bentuk kerja. Artinya manusia Indonesia harus menjadikan energi ini sebagai konsumsi kerja di industri atau kebutuhan kerja lainnya.

Monday, April 10, 2006

Hydrogen - Ramah lingkungan, benarkah ?

Hydrogen merupakan unsur pembentuk air bila digabungkan dengan oksigen, Hydrogen fuel cell juga hanya akan memproduksi air sebagai "sampah"nya. Secara sepintas energi ini akan sangat-sangat ramah lingkungan. Uni-Eropa sudah memiliki roadmap pemanfaatan hidrogen ini sebagai bahan penyedia energi. Sudah dimulai sejak awal 2000 UE mengkampanyekan penggunaan hidrogen.

Bagaimana hydrogen fuel cell ini bekerja ?

Fuel Cell ini bekerja mirip seperti aki (accu), hanya saja reaksi kimia penghasil tenaga listrik ini menggunakan hidrogen dan oksigen yg bereaksi dan "mengalir" mirip seperti mengalirnya bahan bakar melalui sebuah motor bakar. Namun jelas tidak ada pembakaran (combusting) dalam proses pembangkit listrik ini. Ya, listrik ini timul mirip seperti aki mobil saja. Dengan demikian "limbah" dari proses ini hanyalah air murni yg aman untuk dibuang dimana saja. Klik gambar disamping utk memperbesar.

Namun ada hal yg sangat penting yang harus dimengerti mengenai hidrogen fuel cell ini bahwa tidak ada sumber hydrogen di alam. Tidak ada sebuah jebakan gas hydrogen di alam seperti jebakan gas atau jebakan minyak. Gas hidrogen harus dibuat, liquid hydrogen atau hidrogen cair harus diproduksi oleh industri.

Nah, dari mana energi pabrik penghasil hydrogen ini ?
Disinilah tempat bersembunyinya aspek lingkungan pada "hygdrogen fuel cell". Hydrogen dihasilkan oleh pabrik yg energi utamanya masih menggunakan fossil fuel (minyak, gas ataupun batubara) . Nah kemanakah CO2 hasil pembakaran di industri penyedia hydrogen fuel cell ini ? Beberapa plant di US dan EU memanfaatkan "reservoir" bawah tanah dengan menginjeksikan CO2 kedalam pori-pori batuan. Handling CO2 ini dianggap lebih ramah lingkungan ketimbang
pembakaran pada mesin transportasi yg "terpaksa" dibuang bebas di udara.

Dengan demikian hydrogen fuel cell dianggap sebagai salah satu cara untuk mempermudah "mengelola" CO2 akibat proses pembakaran fossil fuel (minyak, gas dan batubara). Sehingga yang harus diperhatikan adalah dimana powerplat penghasil hydrogen ini, karena disitulah penanganan CO2 hasil pembakaran akan di"kelola". Kebocoran reservoir ini juga akan sama saja dengan melepas limbah CO2 di alam bebas. Disinilah risiko penggunaan hydrogen dalam aspek lingkungan.

Harus selalu diingat bahwa hydrogen tetap hanya berfungsi sebagai "distributor energi" seperti energi listrik yg ditransmisikan melalui kabel.

Picture source : Schlumberger oilfield review

Sunday, April 09, 2006

Geothermal masih sedikit diperhatikan dalam KEN 2005 dan blueprint - PEN 2005

Mambaca ulang KEN 2005 (Kebijakan Energi Nasional - PP 5 /2005) serta PEN 2005 (Pengelolaan Energi Nasional) terasa bahwa geothermal belum banyak disentuh. Terlalu sedikit harapan Indonesia terhadap geothermal ini. Ini merupakan tantangan terberat untuk menjadikan geothermal energi andalan Indonesia dimasa mendatang.

Memang kalau sekarang diamat-amati harusnya ya geothermal dikembangkan lebih serius lagi. Saya sendiri memperkirakan masih perlu satu atau dua dekade lagi. Kalau melihat KEN 2005 (Kebijakan Energi Nasional PP-5/2005) serta Roadmap dari Blueprint PEN 2005 (Pengelolaan Energi Nasional) --> Peranan panas bumi hanya diharapkan meningkat menjadi 3.8% pada tahun 2025. Namun kalau dibaca detil dari PEN yg dibuat tahun 2005 tersebut informasi serta penanganan energi geothermal belum sedetil dibanding biofuel, BBM dll. Sepertinya pada saat penyusunan Blueprint-KEN 2003 dan blueprint-PEN 2005 kemaren masyarakat geothermal tidak banyak terlibat dalam penyusunannya.

Aku rasa kurangnya perhatian geothermal pada waktu penyusunan PEN 2005 wektu itu, makanya geothermal tidak menjadi idola. Nah ini aku rasa tantangan berat Pak Sukusen Sumarinda (Direktur Hulu Pertamina) kalau ingin melanjutkan geothermal. Sasarannya yg hanya 3.8% ditahun 2025 aku rasa sangat terlalu rendah (blueprint KEN). Saya membayangkan lebih dari 10% ditahun 2025. Jelas bukan pekerjaan yg mudah, namun menurut saya bukan hal yg mustahil untuk dimulai dari SEKARANG. (Note dalam PP5/2005 target geothermal menjadi 5% pada tahun 2025).

Pasal 2 KEN 2005 (PP 5/2005) :
(2) Sasaran Kebijakan Energi Nasional adalah :
a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025.
b. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional :
1) minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen);
2) gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen);
3) batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen);
4) bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen);
5) panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen);
6) energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga
surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima persen);
7) batubara yang dicairkan (liquifed coal) menjadi lebih dari 2% (dua persen).
Komisi VII DPR dan juga DESDM juga baru-baru ini saja berteriak lantang tentang geothermal sebagai sumber alam substitusi dari BBM dan barubara, dan seharusnya kita juga terus-terusan mengkampanyekan energi geothermal ini. Nah mong omong soal kampanye geothermal, aku rasa ini adalah langkah awal. Sebaiknya mulai ada penjelasan ke masyarakat tentang pentingnya serta strategisnya energi ini. Tulisan-tulisan tentang gethermal harus diperbanyak, seminar dan juga langkah kongkrit harus sejalan. Termasuk mungkin salah satunya adalah kampanye lewat media seperti kampanye BBM beberapa waktu lalu. Juga disekolah-sekolah dasar dan menengah dan tentunya ini akan menyangkut kurikulumnya.

Sumber energi minyak bumi, BBM, gasbumi dan batubara mereka sudah cukup "dewasa", dibiarkan saja sudah akan jalan sendiri. Energi geothermal ini masih cukup "infant" (kanak-kanak) di Indonesia masih harus dikawal terus-menerus hingga mandiri setelah "dewasa" nanti.

Saran saya sih biarkan saja migas berjalan sendiri (sekedar "tutwuri handayani" saja). Sedangkan dalam teroi belajar-mengajar geothermal ini ke masyarakat industri dan masyarakat awam masih harus "ing madyo mbangun karso" dan "ing ngarso sung tulodo".

Migas dengan sendirinya masih akan menjadi sumber utama sampai tahun-tahun mendatang tetapi jangan membebani banyak konsentrasi berpikir kita.
Gambar dan tabel ini diambil dari PEN (Pengelolaan Energi Nasional) 2005

Thursday, April 06, 2006

Hilangnya eksistensi negara.

Daftar itu memperlihatkan pendapatan ExxonMobil tahun lalu mencapai 340 miliar dolar AS dengan laba 36 miliar dolar AS. Sementara Wal-Mart menangguk keuntungan sekitar 11 miliar dolar AS dari pendapatan sebesar 316 miliar dolar AS. "Dengan demikian Exxon Mobil kembali bercokol di peringkat pertama. Perusahaan minyak itu terakhir kali berada di posisi puncak pada 2001," catat laporan lapor Fortune itu. Disebutkan juga bahwa raksasa energi itu tahun lalu menangguk pendapatan terbesar dalam sejarah negara itu.
(Suara Karya Rabu, 5 April 2006)

Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN Indonesia .... makanya Indonesia ndak ada apa-apanya dimata EXXON :(
Menurutku, untuk mencegah merusaknya entitas bisnis dalam tatanegara adalah salah satunya ya jangan sesekali memasukkan entitas binis dalam percaturan politik kenegaraan. Mboh gimana caranya ...... pokoke setiap entity bisnis dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi ikut-ikutan deal bisnis, wah pasti ambyarr deh ....

Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan "NEGARA" juga akan hilang dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan sejarah manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga lenyap.

Menurut Asep kawan cyber saya :

Peran Negara / pemerintah memang seharusnya menjadi fasilitator bukan sebagai pemain bisnis karena dapat memungkinkan timbulnya conflict of interest. Yang barangkali menjadi pemain bisnis seharusnya adalah masyarakat yang berkumpul dalam bentuk-2 korporasi, organisasi, dan badan hukum yg lain. Kecuali untuk bidang- bidang atau case dimana masyarakat sudah tidak mampu lagi maka disana diperlukan peran Negara

Kalau kita mengingat basic definition mengenai korporasi atau perusahaan adalah badan hukum yang mewakili sekelompok orang / masyarakat yang sepakat untuk berusaha bersama. Orang yang berkelompok tersebut tidak memiliki batasan Negara dll yang penting memiliki kepentingan & tujuan yang sama maka mereka dapat membentuk korporasi atau badan hukum lainnya secara legal yang diacknowledge oleh Negara sebagai perwakilan sekelompok masyarakat.

Dengan demikian badan – badan hukum yang dimiliki oleh masyarakat tersebut sebenarnya adalah perwujudan dari masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa corporasi atau perusahaan atau badan hukum yang lain juga merupakan masyarakat/ public atau perwakilan masyarakat.

Seperti kita ketahui bersama dari buku- buku bahwa peran serta Negara/ pemerintah/ government adalah public servant, tugasnya adalah menjadi fasilitator bagi badan- badan hukum yang dimiliki oleh public itu dapat menjalankan usahanya dengan nyaman dan profitable. Misalnya government dapat membantu menyediakan infrastructure yang memadai, menjamin keamanan berusaha, menjamin fair competition antera perwakilan-2 masyarakat tsb, dlsb.

Public yang diwakili oleh badan hukum tersebut akan patungan membayar pajak penghasilan untuk membayar Negara/pemerintah/government menjadi public servant, Pajak penghasilan yg diperoleh dari public tersebut digunakan oleh government untuk membayar overhead mereka dan tentunya dikembalikan lagi ke public melalui pembangunan infrastructure, dlsb.

Apabila Negara ikut serta berpartisipasi berusaha / berbisnis bersaing dengan public maka public tidak dapat bersaing karena timbul berbagai conflict of interest sehingga menimbulkan KKN,dlsb. Dampaknya adalah public akan sulit sekali berusaha secara profitable dan tentunya lebih lanjut lagi, public/ masyarakat yg akan dirugikan dan kemakmuran masyarakat akan sulit diwujudkan.

Prinsipnya mirip dalam scope kecil seperti misal kita warga suatu kompleks dimana pemilik rumah/ pengisi kompleks tersebut adalah badan hukum-2/ public/ masyarakatnya... nah pengisi kompleks tersebut sepakat untuk membentuk suatu government katakanlah ... dimana sepakat juga ada pengurusnya dan sepakat juga bahwa setiap bulannya seluruh pengisi kompleks tersebut patungan untuk menggaji government yg mereka bentuk...untuk menjamin keamanan kompleks-nya (gaji satpam dan berbagai fasilitasnya), memperbaiki jalan-2 kompleks agar nyaman, menjaga kebersihan, dlsb
Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga lenyap.

Untuk apa panasbumi ?

Pemanfaatan energi geothermal sebagai penggerak mekanis untuk pembangkit listrik dilakukan oleh Prince Piero Ginori Conti tahun 1904. Perocaan yg dilakukan di Larderello ini merupakan awal pemanfaatan uap panas (steam). Kesuksesan awal yg dimulai di Itali ini dimulai dengan membangkitkan energi listrik sebesar 127,650 kWe pada tahun 1942.




Pemanfaatan energi panasbumi yang paling banyak diketahui di Indonesia adalah untuk pembankit energi listrik. Namun energi panasnya sendiri dapat dimanfaatkansecara langsung untuk berbagai keperluan. Diantaranya sebagai pengeringan bahan. Selain itu energi panas ini dapat dimanfaatkan juga sebagai pemanas air. Pemanfaatan panasbumi ini sangat tergantung dari seberapa tinggi suhu (panas) yg diperlukan.

Di Indonesia pemanfaatan langsung panasbumi ini kurang diminati dan kurang berkembang karena kondisi geografis Indonesia di Katulistiwa yg sudah melimpah ruah dengan panas energi matahari. Namun pemanfaatan langsung panasbumi utk daerah pegunungan yg dingin tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri seperti kolam airpanas.

Monday, April 03, 2006

Oil is too valuable to burn

Masih ingat Shah Iran ? Sebelum terjadinya revolusi Iran tahun 1979, dia sangat dikenal dengan kalimatnya “Oil is too valuable to burn”. Ya, bener minyak terlalu mahal untuk dibakar

Hydrocarbon (HC) merupakan sebuah rangkaian Hydrogen dan Carbon yg diperloleh melalui sebuah proses kimiawi yg terjadi secara alami. Pembuatan HC sintetis disebuah laboratorium saja akan sangat mahal. Bahkan mungkin impossible untuk membuatnya dalam skala industri. Rangkaian Hydrogen dan karbon ini lebih banyak dijumpai sebagai proses alamiah. Memecahkan rangkaian HC dengan pembakaran sangatlah mudah, dan melalui "combusting" ini akan diperoleh panas atau kalor yg saat ini merupakan sumber energi utama bagi umat manusia. Namun mungkinkah kita merangkai rantai panjang atom C - Carbon ?

Minyak bumi sebagai salah satu rangkaian HC mempunyai potensi lain yaitu sebagai bahan baku ethilene maupun polyethilene. Sebuah bahan dasar bermacam-macam bahan yg ada disekeliling kita. Didepan anda saat inipun bahan-bahannya dibuat dari bahan petrokimia. Tengok keyboard anda, mouse anda, bahkan baju yg anda pakai tentu mengandung bahan-bahan petrokimia. Yang bahan dasarnya adalah Minyak Bumi ....

Bahkan kalau anda tengok penghasilan Pertamina, saya yakin hasil industri Petrokimia-nya sangat besar dibanding produk-produk lainnya. Value added pengolahan minyak bumi untuk kebutuhan industri petrokimia jauh lebih besar ketimbang refinery untuk kebutuhan BBM. Ini perlu disadari bahwa kebutuhan energi dunia harus dipenuhi dari sumber-sumber energi lain selain sumber dari hidrocarbon.

Andris Piebalgs Energy Commissioner A Common Energy Policy for Europe EU Energy menyatakan bahwa nanti tahun 2045 harga minyak sudah terlalu mahal dan sayang kalau hanya dipakai sebagai sumber energi. Dan beliau menyatakan sudah saatnya menerima nuklir sebagai sumber energi yg utama.

Jadi mengapa kita masih lebih mementingkan membakar minyak hanya untuk memperoleh energi ?

“Oil is too valuable to burn,” the Shah reiterated. “When we run out, what will we do? Fight each other for the last drop?”