Friday, June 23, 2006

Keluarnya lumpur Sidoarjo ini

Setelah sedikit-sedikit ada yang memberikan informasi-informasi tambahan, maka dapat diperkirakan dimana saja semburan itu berasal. Ada beberapa kemungkinan dan tentunya akan berbeda penanganannya.


- Sumber keluar dari pinggir lubang lama yg sudah di-casing.
- Sumber berasal dari lubang yg belum dicasing
- Sumber keluar melalui patahan yg memotong sumur
- Sumber tidak ada hubungannya dengan sumur BPJ-1

Awas ya ... ini hanya perkiraan-perkiraan saja. Bukan berarti semua ini sudah benar. Ini hanya dugaan yg saat ini perlu dilakukan verifikasinya. Jangan salah baca bahwa ada 4 sumber kebocoran. Ini hanya kemungkinan, skali lagi kemungkinan ! Cara sains adalah dengan memberikan beberapa dugaan trus diuji satu-satu. Karena ini adalah tujuan menutupnya, maka dilakukan dengan cara yg temudah dahulu secara operasional.

Dugaan yg pertama inilah yang saat ini sedang dilakukan pendeteksiannya yaitu dengan memasang geophone didalam lubang sumur. Geophone ini fungsinya sama dengan mikropon yang buat nyanyi karaoke itu tuh. Dengan alat ini akan diketahui dimana tempat yg "bising" yg diperkirakan tempat bocornya atau tempat mengalirnya lumpur. Sama dan sesederhana juga seperti pak dokter mendengarkan degup jantung juga, kan ?

Nah, kalau saja lokasi dan jalan keluar lumpurnya sudah diketahui tentu penangananya akan lebih mudah. Semoga memang yg terjadi adalah bocor lewat pinggiran antara casing dengan batuan.

Kalau yg terjadi kebocoran disekitar lubang yang sudah di'casing', bisa saja dengan membuat "window" (dilubangi) pada pipa selubung ini, dan dimasukkan lumpur berat serta nantinya di semen. Kalau saja dugaan ini bener maka dengan Snubbing Unit mungkin akan sudah teratasi.

Kalau yg terjadi adalah keluar dari lubang sumur yg belum sempat dipasangin casing tentunya menjadi agak rumit mencari posisi tepatnya, karena didalam sana ada semen "plug" juga ada pipa bor yg tertinggal.

Kalau yg terjadi yang ketiga dimana keluarnya melalui patahan yang ada, tentunya harus dilihat lagi kemana saja arah-arah patahan yg ada ini. Karena memang secara logika patahan ini merupakan zona retakan yg lemah. Walopun kemungkinan ini sangat kecil tetapi kalau "mud flow" alamiah di Bledug Kuwu ya seperti ini fenomenanya. Dalam hal ini BPJ-1 hanyalah pemicu saja.

Kalau anda baca ditulisan sebelumnya terlihat bahwa dahulupun pernah terjadi runtuhan yang sangat mungkin fenomena alam ini pernah terjadi didaerah ini sebelumnya.

Kemungkinan yang lain adalah alamiah tanpa ada hubungan dengan BPJ-1. Wah kalau hal ini yg terjadi tentunya pola atau patternnya mengikuti pola yg sudah ada.

Namun saya rasa yang pertama itu adalah kemungkinannya paling besar. Karena lokasi keluarnya tidak jauh dari kepala sumur (well head), dan "weak point" yg sering dijumpai adalah disekitar casing shoe (sepatu pipa selubung). Cara pendeteksian dengan Snubbing unit ini memang tepat karena tidak menambah beban tanah. Drilling Rig (Rig Pemboran) biasanya memiliki berat relatif lebih besar, serta rig ini akan diperlukan nantinya kalau diperlukan "relief well".

Ingat !!! titik keluarnya tidak hanya satu. Kalau saja ada beberapa titik keluar dari bawah tentunya harus ditangani satu-satu. Penanganan BO ini bukan hal yang mudah tetapi juga bukan hal yg mustahil. Selain berpikir "worst case scenario", yang harus dipikirkan adalah bahwa penanganan tercepat tidak bisa dalam orde mingguan, sehingga masih perlu kesabaran dalam menangani hal ini.
---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

3 Comments:

At 6/25/2006 09:38:00 AM , Anonymous Anonymous said...

Merunut press release VP PT. LB hari Minggu ini, sdh hampir terkuak bahwa mereka ngebor dan meleset di formasi Kujung. Mereka claim desain pengeboran diambil dari lesson learnednya Porong-1. Apakah bisa sesederhana itu desainnya? Atau mau hemat cost USD 100 ribu per hari? Menurutku scenario-1 nya Mas Rovicky tadi sepertinya ngepas berdasarkan berita2 seliweran.

 
At 6/25/2006 10:00:00 AM , Blogger Rovicky Dwi Putrohari said...

kalau menghemat itu sudah sesuatu yg harus dilakukan seorang drilling engineer. Walopun memang setiap pengurangan biaya seringkali muncul risiko.

"Calculated risk" itu pasti sudah dilakukan. Namun yg kadang terlupakan adalah calculated risk selama design berberda dengan calculated risk selama operasi.

Design yg baik haruslah memperhitungkan "uncertainty"/ketidak pastian yg muncul karena keadaan bawah permukaan yg tidak pasti. "Adabtable designed" merupakan design yg paling pas menghadapi alam. Persis seperti apa kata Darwin ... “It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to change.”

 
At 5/04/2010 04:51:00 PM , Anonymous ad1_k4r4 said...

Maju terus SDM kita. buat kemajuan Indonesia

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home