Thursday, June 08, 2006

Bukan saatnya menunggu prediksi bencana !

Gempa-gempa yg berurutan ini sejak dari Gempa Aceh (26 Desember 2004), kemudian Gempa Nias (28 Maret 2005) serta diikuti dengan Gempa Bengkulu (6 April 2005) , Minggu 10 April 2005 di Mentawai dengan kekuatan 6.8SR kedalaman 5 Km. Semua rentetan ini merupakan sebuah rangkai gempa dalam satu sistem. Sepertinya bukan lagi saatnya menunggu-nunggu kapan gempa itu akan berlangsung lagi, bukan saatnya menuntut para ahli meramal lagi, dan sudah bukan saatnya hanya membicarakan early warning dan sistem peringatan dini. Rentetan inilah yg dimaksudkan dan perlu diantisipasi sesuai pendapat para ahli geologi-geofisika itu.

Aktifitas gempa tektonik ini diikuti juga dengan atifiats gunung api di Sumatra (Merapi, G Talang, dan Krakatau) juga di Jawa Barat dengan aktifnya Tangkuban Perahu) akhirnya gempa Jogja 27 Mei 2006 baru-baru ini juga merupakan rangkaian dari aktifitas tektonik dan gunung api. Termasukaktifitas Gunung Merapi saat ini.

Tiga-empat atau lima seri gempa berurutan itu sudah jelas merupakan serangkaian kegiatan alam yg perlu kita hadapi secara serius. Kegiatan alam ini perlu kita hadapi dengan cermat. Bukan lagi dengan menyatakan kekurangan metode prediksi, bukan lagi dengan saling menuding siapa yang harus bertanggung jawab penyelamatan. Namun saatnya semua komponen bangsa bahu membahu mempersiapakan hidup di alam yg sangat unik seperti Indonesia.

Alam sudah membunyikan alarm "kulonuwun", alam sudah membagi sirine "punten". Nah saatnya kita menjawab "sapaan" alam ini. Saatnya 'memberikan jalan' kepada alam untuk melakukan kegiatan naturalnya. Jangan lagi menunggu untuk munculnya "early warning". Namun saatnya buat bangsa ini untuk sadar akan kondisi alamnya yg rawan bencana, Indonesia bukan hanya sekedar dilihat sebagai "ratna mutu manikam" dengan "kolam susu"nya.
Pemerintah dan segenap lapisan masyarakat sudah harus dapat memberikan langkah kongkrit. Pemerintah dengan "political will"-nya menghadapi gejala-gejala alam ini, dan rakyat dengan kewaspadaannya. Ya, tingkatkan kewaspadaan .. jangan tunggu ramalan saja !.

Tunggu apalagi ?
Political will tentunya sangat ditunggu tentang perlunya kesadaran pemerintah, serta kesadaran rakyatnya dengan kondisi alam Indonesia yg berada diatas "ring of fire" or "ring of disaster". Political will ini tentunya perlu juga dimengerti oleh masyarakatnya serta perangkat pemerintahnya.

Bentuk political will tentunya bisa macam-macam, mungkin pengalokasian dana serta perhatian negara terhadap kemungkinan munculnya bencana alam sangat diperlukan.

Indonesia memang sedang mengahadapi masalah berat, kita semua prihatin, tentusaja.

Salam waspada.

6 Comments:

At 6/08/2006 04:37:00 PM , Blogger Vaye said...

ya ya stuju, apalagi ndengerin ramalan permadi, bos cenayang itu lho he he he

 
At 6/08/2006 05:12:00 PM , Blogger Rovicky Dwi Putrohari said...

Indonesia ini mempunyai budaya cukup tinggi terutama Jawa. Sehingga segala sesuatu yg berbau klenik, ramalan dan sifat paternalistiknya kuat banget. Memasukkan pandangan baru cara pendekatan alam dengan ilmiah tidaklah mudah.
Alternatip seperti ini masih sering terjadi mirip kalau ada orang sakit yg ke dokter, namun kalau dokter tidak mampu ya ke alternatip. Lah gimana lagi ?
Masalahe apa iya mereka meramal atau sekedar cari popularitas dari kelemahan orang lain yg pemahamannya masih lemah ? Lebih sebel kalau ujung-ujungnya politis ... :(

 
At 6/08/2006 07:35:00 PM , Blogger anis said...

"Bentuk political will tentunya bisa macam-macam....."
apakah termasuk di dalamnya melakukan sosialisasi rumah tahan gempa serta mengidentifikasi setiap rumah?

 
At 6/08/2006 10:19:00 PM , Blogger Rovicky Dwi Putrohari said...

kalau praktisnya mungkin iya,
Tetapi penyuluhan ini bukan hal yg mudah di Indonesia. Apalagi saat ini sedang maraknya penuntutan HAM yg aku rasa sering kebablasa. Bisa-bisa mau ditolong malah dirasakan ditodong.
Pengalaman teman di Jepang menyatakan bahwa walaupun jepang sering dilanda gempa, rakyatnya sering ada yg bilang kejenuhan dengan himbauan ini.
coba baca tulisan Irwan ahli gempa Indonesia yg sedang nimba ilmu di jepang ini :
http://www.seis.nagoya-u.ac.jp/~irwan/Blog/page0.html

 
At 6/11/2006 04:32:00 PM , Blogger anis said...

iya ya...jangan-jangan nanti ada orang yang door to door, ngakunya dari Bappeda, pake seragam dan surat aspal, memaksa penghuni rumah agar diperiksa kekuatan bangunan rumahnya. Ujung2nya dipaksa mbayar lagi...
Wah jadi kok jadi susah gini...

 
At 6/27/2006 09:00:00 AM , Anonymous Anonymous said...

mas, kapan buat buku? bagus lo ilmu kebumian kalo dijelaskan secara populer. Btw thanks pencerahannya secara mudah dan lugas

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home