Tuesday, June 20, 2006

Masih soal Banjarpanji case

Pendapat Andang Bachtiar (ex Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia) tentang Mud Flow di Banjar panji ada disini :
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/msg13973.html
Menurut penuturannya bahwa penyebab utamanya adalah "Underground Blow Out", yaitu pecahnya formasi akibat beban lumpur berat. Lumpur berat ini memang sangat diperlukan dan merupakan tindakan praktis yg dilakukan ketika menghadapi sebuah reservoir dengan tekanan tinggi. Hal juga dilakukan oleh operator-operator yang lain ketika melakukan pengeboran ditempat-tempat yg memiliki tekanan sangat tinggi

Ada tambahan catatan saya dari media yg saya kumpulan lewat internet :

My note :

Kalau membaca di Minergynews.com, terlihat ada sedikit keteledoran yg dilakukan di Banjarpanji-1.

quote -- Dalam keterangan tertulis yang disampaikan Wakil Presiden Bidang General Affairs Yuniwati Teryana disebutkan, sesuai dengan program pengeboran yang telah disetujui, pipa 9 5/8 inci akan dipasang 15-20 kaki (4,5-6 meter) di dalam formasi Kujung. Formasi Kujung tersebut diperkirakan berada pada kedalaman 8.500 kaki (2.591 meter). -- end quote.

Kalau melihat pengalaman sumur Porong-1, BD-1 dan 2 di offshore Madura (lihat publikasi di IPA) semestinya pemasangan pipa 95/8 inci ini dipasang "sebelum" (diatas) Formasi Kujung.

Start Quote ---Desain ini dibuat berdasarkan pengalaman pengeboran sumur terdekat, yakni sumur Porong-1, di mana casing dipasang 50 kaki (15,24 meter) di atas formasi Kujung, telah menimbulkan masalah loss dan kick yang sangat sulit diatasi. Permasalahannya, sumur ini adalah sumur eksplorasi, di mana kedalaman formasi (lapisan batuan) tidak bisa diprediksi secara tepat, maka penentuan kedalaman pipa sangat ditentukan oleh tekanan aktual formasi dan kondisi lubang pada saat itu. -- End Quote
Disinilah kontradiksinya.
Kalau sesuai dengan pengalaman sumur Porong-1 semestinya pemasangan casing (selubung) dipasang "sebelum/diatas" formasi Kujung bukan didalam (dibawah batas atas) Formasi Kujung. Walaupun memang betul dalam pengeboran sumur eksplorasi kadangkala kedalamannya tidak mudah diprediksi, sehingga sering muncul keraguan menentukan batas atas ini. Namun sesuai dengan design sumur yg disebutkan diatas yang akan memasang selubung didalam (dibawah top) Formasi Kujung adalah kurang tepat. Kalau memang yg dilakukan saat operasi sesuai dengan design maka designnya-lah yang kurang tepat. Implikasinya tentunya dengan pemberi persetujuan design yg diterima EMP-Lapindo.

Pengalaman sumur-sumur sebelumnya bisa dipakai sebagai bahan pembelajaran, dalam hal ini ada 5 sumur (Porong-1, KE11-e, KE-11, BD1 dan BD-2). Untuk menghindari komplikasi loss-kick yg disebutkan diatas, sumur BD-1 dan 2 bahkan melakukan dua kali (dua section), untuk mengatasi kick dan untuk mengatasi loss. Lihat artikel di IPA tahun 1990.

Ada juga pernyatan Crist Newton di Press release EMP yg justru memberatkan EMP:
Quote dr beberapa website ttg oil and gas EP --> "Mr. Chris Newton, President Director of ENRG said that "the Banjarpanji-1 well was drilling at a depth of 9,297 feet and while implementing standard well control procedures, the company observed steam, water and a minor amount of gas bubbling to the surface some 200 meters from the drilling location. The associated H2S smell from the surface emission necessitated an evacuation of people in the immediate vicinity."

.... cut .....

"ENRG does not expect to lose the hole and while we are currently focusing on the current situation, we expect to complete the well in due course"


Pernyataan press release itu akhirnya memberatkan EMP karena sudah jelas terjadi BO bahkan keluar steam buble 200 m dari wellhead gitu kok masih saja ingin mempertahankan sumur, ini jelas keliru mnurutku, dan sangat memberatkan karena dianggap serakah. Karena tidak mau mengalah meninggalkan Banjar Panji-1. Ya barangkali ini merupakan risiko sebagai CEO yg membawahi peusahaan yg sudah go public.

rdp

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home