Saturday, August 19, 2006

Banjir lumpur panas Sidoarjo


porong-1.jpgTak pelak Pak Presiden SBY melakukan inspeksi khusus utk kasus Banjarpanji ini. Ini tentu bukannya kasus kecil untuk negara. Menyangkut ribuan atau bahkan jutaan penduduk. Menyangkut fasilitas ekonomi produktif segala sektor baik industri, pertanian serta transportasi dan pemukiman. Ini memang menjadi tragedi besar dalam operasi migas. Cerita bagaimana awal terjadinya banjir lumpur panas d Sidoarjo ini sudah saya terangkan di :

Nah sekarang saya menjelaskan hasil diskusi di IAGI net serta pendapat saya tentang kondisi saat ini. Hanya utk belajar bareng-bareng apa yg terjadi.
Pada waktu awalnya terjadinya lumpur di Sidoarjo ini diperkirakan dari material yg berada pada kedalaman sekitar 2000-6000 ft (1-3 Km) dibawah permukaan tanah seperti yg dikemukakan Pak Awang dahulu. Saat ini data menunjukkan bahwa yang keluar dari kedalaman yang berbeda. Seperti koreksinya dari hasil terbaru dibawah ini :

Dari Pak Awang IAGI-net: Berdasarkan data biostrat terbaru sumur Banjar Panji-1, formasi batuan di kedalaman 6000-9000 ft yang dicurigai sebagai asal lumpur dan dari diskusi2 di berbagai milis disebut sebagai Formasi Kalibeng, ternyata masih berumur Pucangan (Plistosen Bawah). Suatu penemuan yang mengejutkan !

Apakah berubah ? Ataukah dahulu keliru ? Bisa keduanya, namun saya yakin bahwa keduanya benar namun yg diatas sudah tertutup (sudah colapse, lihat mekanisme dibawah).
Mengapa debit lumpur ini membesar ?

penampang-lubang.jpglubang3d.jpgDalam perminyakan seringkali dibuat lubang sumur yang memiliki bidang terbuka di dalam batuan reservoir lebih besar. Hal ini disebabkan karena akan memperbesar jumlah debit fluida yang akan diproduksi. Salah satu cara termudah adalah dengan membor miring atau bahkan horizontal. Dalam kasus sumur BPJ-1 Lubang tempat keluarnya lumpur ini diperkirakan pada kedalaman 6000-9000 ft (seperti yg ditulis Pak Awang HS diatas). Saat ini lubang tempat keluarnya lumpur tentunya sudah membesar, sehingga debitnya menjadi sangat besar.

Selain itu, saat ini geometri bawah permukaan dari lubang tempat keluarnya lumpur ini sulit diketahui. Sangat mungkin berupa bidang sesar (patahan) yang sudah ada sejak awal. Sehingga sumber fluid ini sudah berupa bidang yg luas dan menghasilkan debit yanglebih besar.

Mengapa kita sudah harus mengungsikan penduduk lagi ?

Saat ini debit lumpur sudah sangat meningkat. Mekanismenya seperti yg ditulis diatas itu. Nah ada kecenderungan debit ini akan semakin meningkat karena lubang dibawah semakin besar karena ada solid 30% yg ikut terangkut keatas. Sehingga dibawah sana ada lubang yang cukup besar yg menyebabkan produksi lumpur semakin besar.

Pengumpulan lumpur dengan menggunakan kolam (pond) sudah semakin tak terkendali hal ini disebabkan debit pemasukan yg tidak dapat ditampung oleh pond, mengapa tidak meninggikan tanggul ?

tanggul Disebelah ini penampang tanggul yg dibuat di Daerah Siring dan sekitarnya. Saya menggambarkan secara sederhana, ini juga bukan konstruksi aslinya, namun akan dengan mudah dimengerti mengapa ketinggian tanggul sudah mungkin maksimum (mungkin loh ya).
Apa gejalanya ? Kebocoran !
Kebocoran tanggul ini disebabkan karena tanggul dibuat secara mendadak karena faktor darurat sehingga pembuatannya tidak mungkin mengikuti pembuatan tanggul yg dibuat dalam kondisi normal. Lah ya wajar ta, siapa sih menyangka bakalan akan berkepanjangan seperti ini. Jadi dibuat mendadak bukanlah kesalahan, tetapi memang sulit mengantisipasi sebuah bencana sbesar ini.

Dalam kondisi normal tanggu akan dibuat dengan fondasi keras (basement) yang ditanam. Namun kalau melihat tanggul yg telah dibuat di Sidoarjo ini, sangat mungkin ada titik-titik lemah dimana tanggul dibangun diatas tanah keras (kedap air), yang merupakan bidang batas dibawah dan tempat terlemah. Tanah dasar ini tentunya tidak” mengikat” tanggul. Sangat mungkin beberapa hanya berdiri diatas jalan aspal atau pengerasan jalan perumahan. Dengan demikian akan ada tinggi maksimum (H Max) yang dapat ditahan oleh bidang batas bawah yg kritis ini. Kebocoran dasar tanggul ini merupakan tanda-tanda ketinggian maksimum yang dapat ditahan oleh bendungan (tanggul). Jadi meninggikan tangul sama sekali tidak menolong menahan volume lumpur, tetapi malah membahayakan, kan ?

Selain itu semakin tinggi tanggul maka akan semakin tinggi risiko yg ada, karena kalau tanggul jebol tentunya akan lebih banyak menelan korban. Dengan demikian pengungsian yg barusaja dilakukan minggu kemarin maka cara itu memang mudah dimengerti karenanya.

Apakah banjir lumpur ini bisa berhenti ?
porong-1.jpgDi daerah lokasi sumur Porong-1 (lokasi Porong ini 7 Km sebelah timur dari sumur BPJ-1) dibagian atas dijumpai kenampakan “paleo collapse”. Kenampakan ini diduga akibat adanya luapan lumpur pada jaman dahuluuu sekali. Ya di sumur porong-1 yg terlihat pada gambar` itu terlihat adanya paleo collapse itu. Ini memeperlihatkan ke kita bahwa jaman dahulu lumpur yg keluar dari perut bumi yg mirip dengan BPJ-1 ini pernah terjadi secara alamiah. Dan akhirnya berhenti.

Looh jadi banjir lumpur ini bisa berhenti ? Iya bisa donk …
collapsebpj.jpgBagaimana mekanismenya ?

Ketika lumpur ini keluar maka juga mengandung solid atau material padatan berupa tanah lempung yg ikut “terproduksi”. Disebutkan bahwa terdapat 70% air dan 30% solid.

Material padatan ini sebagai penyusun utama dari lapisan ini yg diperkirakan saat ini dari kedalaman 6000-9000 ft (kira-kira 3-4.5 Km). Sebelumnya diperkirakan dari kedalaman 2000-6000 ft. Ada kemungkinan bahwa material yg diatas sudah mengalami collapse (runtuh) dan tertutup. Material yg tadinya dari bawah “berpindah” keatas permukaan. Jadi secara menyeluruh bisa jadi seolah-olah tidak terjadi penurunan permukaan, hanya terjadi perpindahan material dari bawah keatas.
Dari pengalaman yg pernah terjadi di lokasi sumur Porong-1 (7Km dari BPJ-1) maka efek collapse diperkirakan sekitar radius 3-5 Km dengan kedalaman sekitar 100-200 meter. Ini “collapse feature” karena alamiah dan dibiarkan secara alamiah menutup dan berhenti dengan sendirinya. tentunya dengan ’sentuhan engineering’ mungkin akan sedikit berbeda. kalau dilihat dari debit yang ada (>50 000 m kubik perhari) maka diperkirakan memakan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Secara geologi ini sangat masuk akal, tetapi mausia tidak mungkin menunggu selama itu. Manusia harus berusaha dengan olah engineeringnya untuk memperkecil dampak terhadap kehidupannya.

Membebaskan atau mengawasi luas daerah sesuai dengan yg “pernah” terjadi dimasa lampau di lokasi sumur Porong-1 (7 Km dr BPJ-1), mungkin perlu diantisipasi. Monitoring elevasi sudah dilakukan oleh team ITS, daerah cakupan ini perlu diteruskan seluas radius yg diperkirakan mengalami penurunan.
Apakah lumpur ini bisa dibuang ke laut atau sungai ?

Air yg keluar dari perutbumi semua berasal dari permukaan juga, inget siklus air kan ? Itu pelajaran SD, kalau lupa ya buka-buka buku anak klas 4 atau 5 SD tentunya ada siklus air ini, kan. Namun selalu saja ada pencemaran yg terjadi karena faktor alam. Pencemaran karena kandungan-kandungan kimiawi dalam tanah, juga harus diinget bahwa endapat yg keluar itu endapan pantai atau delta, sehingga aslinya airnya berupa air asin. Dan air asin ini mungkin sekali terjebak ketika pengendapan. Dengan demikian diperlukan treatment dahulu sebelum dibuang ke sungai (bila air tawar) atau ke laut (bila air asin). Nah secara sederhana treatment lumpur ini (inget ini hanya secara sederhana) digambarkan sebagai berikut.

treatment.gif Lumpur yang keluar dari lubang di tampung untuk diendapkan padatan (solid material)-nya. Tentunya akan lebih bagus kalau digalakkan penelitian pemanfaatan lumpur ini sehingga kita tidak memerlukan kolam (pond) yg banyak utk menampungnya.

Sebelum dibuang atau dialirkan ke sungai atau laut perlu dilihat apakah air ini cukup “aman” salah satu cara ya disebari saja dengan enceng gondok.

Masihkah drilling relief well tetap diperlukan ?

Melihat debit lumpur yang semakin besar ini maka usaha apapun perlu dilakukan. Namun saat ini tentunya sudah tidak mudah lagi. Kondisi bawah permukaan sudah tidak sesederhana menghadapi satu lubang sumur. Bisa jadi sumber dibawah sana berupa bidang rekahan (patahan) yang membelah batuan. Sehingga diperlukan analisa geometri tempat dan jalan keluarnya lumpur ini. Jika terjadi kesalahan juga akan menyebabkan keluarnya lumpur dari lubang yang lain. Dengan adanya kemungkinan hal ini, maka drilling /pengeboran relief well harus dilakukan dengan ekstra hati-hati.
Jadi kita masih harus sabar menghadapi luapan lumpur ini.

---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Warga desa Sriharjo, Bantul tidak mau dikasihani

obor.JPG3 Agustus 2006, Malam itu rombongan peserta Simposium Internasional Ahli kebumian diundang oleh masyarakat Desa Seriharjo, Bantul utk bersama-sama mengadakan hajatan “charity dinner“. Ya mereka mengundang rombongan yg terdiri dari berbagai bangsa ini, ada yg dari Jepang, Amerika, Inggris, New Zealand, serta hampir seluruh wakil negara-negara Asean.

jamuran.JPGRombongan dari peserta hadir yang menggunakan satu bus dengan beberapa kendaraan kecil tiba di Desa Sriharjo sekitar pukul 7:30 wib, langsung disambut oleh anak-anak laki-laki yg membawa obor, kemudian diikuti oleh anak-anak perempuan yg seterusnya mereka bermain dolanan jawa, seperti aku dulu. Ada yg bermain Jamuran ” jaaa muraan … yo ge .. ge tok … jamur opo … yo ge getok … ” Wah ini mengingatkan aku dulu kalau pas “padhang mbulan” (terang bulan).

Di wajah anak-anak ini kesedihan masih terlihat walaopun mereka bercanda-candi.

lesung.JPGSetelah masuk terus ke dalam gang itu kami kemudian menemui sebuah pelataran yg sudah dipersiapkan lengkap dengan pangungnya. Diatas panggung ada ibu-ibu PKK yg menyanyi dengan diiringi lesung (itu tuh … alat tumbuk padi “thok thuk … thok ..”). Juga ada seperangkat gamelan lengkap yg diselamatkan dari reruntuhn balaidesa kata salah satu dari mereka.

Syair lagu ibu-ibu PKK ini mengajak untuk kawan-kawannya untuk bangkit bersama …” Ayo Jogja bangkit !” … wah jian sangat mengharukan. Beberapa dari peserta simposium sampai berkaca-kaca. Bagaimana tidak, hampir semua bangunan tidak ada yg utuh di Seriharjo ini. Tetapi mereka tetap bersemangat untuk membangun kembali desanya yg luluh lantak. Beberapa spanduk bertuliskan “Uwis le nelongso, ayo bangkit !” … “Ayo bangun mandiri, bantuan tidak akan selamanya” .gamelan.JPG

Aku sempat berbincang dengan salah atu dari mereka. “ nek mung ajeng ngguguk sampun kathah tunggale mas” (kalau cuman mau menangisi, itu sih banyak temennya). Hampir semua kawan-kawan yg dari Malaysia (dosen UKM) yg juga ikut hadir berbincang-bincang dengan mereka. Karena bahasa Melayu mirip dengan bahasa Indonesia.

Acara malam itu sebenernya merupakan acara “penggalangan dana” (charity dinner) yg dikoordinir oleh Karang Taruna desa setempat. Penduduk di Sriharjo ini tidak dengan mudah menengadahkan tangan (ngemis meminta bantuan), tetapi mereka dengan bersemangat memberikan suguhan berupa pertunjukan ketrampilan. Mulai dari seni swara, seni lesung, seni bahkan hingga pelelangan foto-foto seputar gempa. Walaupun mereka tahu bahwa dirinya sedang dirundung malang namun mereka yakin bahwa mereka mampu untuk mandiri membangun desanya.

Aku pikir bener juga ngapain nunggu bantuan pemerintah yg cuma janji doang. Hal yang sama dengan negara-negara donor yg katanya mau membantu Aceh juga ada yg bilang bantuannya juga kagak nyampe-nyampe, ntah isu atau bukan.

Segokucing dan wedangjahesegokucing.JPGSelain disuguhi hiburan kami juga disuguhi makanan khas daerah Sriharjo sendiri berupa roti dari tepung ketela. Juga tidak lupa aku langsung mencoba nangking disebuah angkringan “Sego Kucing” …. Iya namanya ‘nasi kucing’…. Soalnya bungkusan dipenak kecil-kecil seperti makanan kucing aja. Isinya nasi dengan lauk oseng-oseng tempe. Dan belum lengkap kalau tidak digelontor dengan wedang jahe … Glek !.

Menikmati sate telurpuyuhTidak hanya para peserta dari Indonesia yg menikmati suguhan sego kucing ini. Para ahli gempa ini ikut menikmati suguhan sebagai rasa kebersamaan dengan para korban bencana. Keakraban muncul ketika para peserta bayar segokucingberdialog dengan warga Sriharjo ini.

Dialog inilah yang sangat disukai oleh penduduk di Sriharjo. Mereka sangat senang pabila ditengok dan ada orang lain ikut merasakan kesedihan dan berbagi duka. Kamipun dengan serius mendengarkan setiap keluhan dan juga berbagi pengalaman yg mereka miliki.
diantara-mereka.JPGAcara selanjutnya adalah penggalangan dana, mereka tidak sekedr meminta sumbangan tetapi mereka memberikan suguhan termasuk tari-tarian, nyanyian dan juga … menjual foto !

Penjualan foto dengan cara lelang ini akhirnya menghasilkan sumbangan jutaan rupiah hanya dalam satu malam. Selain penjualan foto, maka tetamu ini dengan suka rela “membayar” apa yg sudah disantapnya dengan melalui gentong yg diedarkan. Jadi para hadirin ini “membeli” suguhan mereka.

lelangfoto.JPGSangat mengharukan bahwa mereka yg harta bendanya sudah hancur luluh lantak tidak sekedar nyadong .. menengadahkan tangan, tetapi mereka memberikan pertunjukan dan menjamu tamu dimana hasil penjualannya akan dipakai untuk membangun kembali. Secara mandiri !

---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/