Wednesday, August 17, 2005

Apaan sih merdeka ?


Apaan sih merdeka ?
Okey dah aku ambil sari tulisan seorang sahabatku babat ttg kemerdekaan.
Makna merdeka ini diambil dari pidato Roosevelt's Four Freedom. Disini arti merdeka (freedom) di sarikan cukup bagus. Merdeka dibagi dan diurutkan dari bawah, biar terlihat bahwa yg didasar itu fondasi dari atasnya.


M4. Merdeka untuk beribadah (freedom of every person to worship God)
M3. merdeka untuk berpendapat (freedom of speech and expression)

M2. Merdeka dari ketakutan (freedom from fear)
M1. Merdeka dari kebutuhan / kemiskinan (freedom from want)


M1 dan M2 merupakan masalah dasar kebebasan terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia trus juga negara-negara Afrika dll.

Dua yg berikutnya M3 dan M4 ini paling sering diteriakkan oleh negara-negara maju. Namun yg jelas dua teratas ini jelas memerlukan kedua dasar dibawahnya. Ngga mungkin kita berekspresi kalo perutnya masih laper kan ?


M1. Merdeka dari kebutuhan (kemiskinan) Freedom from want.

Merdeka dari keinginan dasar (makan dan minum) atau kemiskinan merupakan dasar dari semua tingkat kemerdekaan. Peran pemerintah atau negara tentu saja sangat penting untuk hal ini. Lah mana bisa orang akan berpikir jernih dan baik dan kerja yg lain kalau perut laper, apakah kita bisa konsentrasi kerja kalau soal "mobil baru tetangga yg itu" masih membelenggu otak, mana mungkin lah yaw.

M1 ini bisa saja hanya dilihat secara tradisional ansich sebagai kemerdekaan dalam artian biologis makan minum saja. Namun bisa saja dilihat secara lebih mendalam misalnya orang yg kemaruk akan kekayaan materi, sehingga sia juga akan ngga akan dapat optimum mengekspresikan diri (M3) dengan bebas kan ?
Merdeka M1 ini juga tidak harus diartikan kemewahan materi yg akhirnya banyak di'subyo-subyo'. Aku sih juga yakin kalau hanya soal menyediakan sehari makan tiga kali bukan sesuatu yg mustahil utk dilakukan oleh pemerintah manapun dalam kondisi keekonomian apapun juga. Harga sesuap nasi tentunya jauh sekal dari harga VLCC ataupun Sukhoi atau lamborghini.

Tetapi kenapa hal ini sering tidak terjadi ?. Mungkin saja hal ini karena mental penguasa negara maupun pengusaha itu masih dapat memanfaatkan M1 saja sudah cukup utk mengontrol kursi empuknya. Dan payahnya lagi, kelemahan dalam hal kemerdekaan yg satu ini masuk dalam level ekonomi apapun. Betapa rendahnya ya, hanya dengan iming-iming gaji naik saja bersedia untuk mau milih si anu, secara kasarnya hanya dengan iming2 makan "semangkuk indomie"
saja berubah deh pilihan capresnya ... sedih deh gwe ... :(.
Di kantor juga gitu, hanya demi sekian ribu dolar sudah rela mengorbankan idealismenya.

Peraih hadiah nobel ekonomi Amrtya Sen mengemukakan bahwa masalah kemiskinan bukanlah terletak pada tidak adanya yg akan dimakan, juga bukan masalah pendanaan atau pengadaan makanan. Namun lebih banyak karena masalah distribusi atau tidak adanya pemerataan.

Nah kalau kebutuhan dasar makan minum wae masih belum terpenuhi ya tentunya kejahatan akan meraja lela dimana saja. Bahkan yg bikin prihatin kan saat ini yang jahat lebih "berani" ketimbang yg baik. Coba saja kalau ada pencurian atau perampokan selalu si penjahat tidak lagi takut-takut wajahnya dikenali. Nyopet jaman dulu itu sembunyi-sembunyi, tetapi sekarang yg cetho welo-welo nyolong saja berani berkeliaran di tempat umum. Kalau yg berkeliaran di gedung DPR mah biarin, itu emang tempat ndak umum sih :).

Nah, apakah anda, saya, kita ini sudah merdeka dari M1 konvensional (makan miminum) ?
Apakah kita sudah memerdekakan diri dari M1 moderen (harta kekayaan) ?


M2 Merdeka dari rasa`takut (Freedom of fear)

Merdeka dari ketakutan yg merupakan landasan kedua tentunya sangat penting dalam mengontrol. Oke sekali lagi mengontrol.

Dimana mengontrol ini menjadikan masyarakat feodalis. Kalau mau makan ya sowan dulu, kalo perlu duwik harus cium kaki dulu...

bahkan kalau yg sudah agak umum adalah takut sama penguasa, takut sama boss di kantor sehingga harus nyembah atau dalam kasus sederhana anak buah harus membawakan tas atasannya .. wuik !!.

Seringkali M2 ini dipakai dalam berlogika untuk memperoleh M1. Logika-logika feodal misalnya, "lah kalau mau makan ya mesti nyembah dulu", "kalau mau naik pangkat ya sowan atasan dulu" ... etc etc.

Banyak sekali cara-cara menakut-nakuti orang. Sampai-sampai pulisi yg seharusnya menjadi tameng penjaga malah menjadi seperti "memedi sawah utk menakut-nakuti" burung. Coba, apa perasaan anda ketika melihat banyak polisi di pinggir jalan ? apakah merasa aman atau malah merasa takut berarti ada sesuatu terjadi sehingga polisi berkumpul ?

"Manage by fear" ini banyak juga terjadi di kantor. Seringkali terdengar bahwa sang supervisor bilang bahwa Pak manager minta draft desing atau petanya mesti selesei hari ini, dan itu kita beritahukan ke bawahan kita, tentunya Pak manager berkata biasa saja menanyakan kesiapannya, namun kita sebagai supervisor memberitahukan pak manager "marah" karena draftnya belum selesei. Dengan cara ini secara sengaja atau tidak kita menempatkan next level supervisor sebagai "memedi sawah" bagi anak buah.

Tidak mudah memperoleh kemerdekaan M2 ini. Masih banyak diantara negara-negara berkembang yg memanfaatkan M2 ini untuk berkuasa. Tentunya kita juga harus sudah dapat membedakan antara orang yg berani dengan seseorang yg memiliki M2, karena keberanian berbeda dengan kenekatan dalam bertindak.


M3 Merdeka dan bebas berkspresi (freedom of speech and expression).

Di level sini, arti kemerdekaan sudah mulai memasuki ruang publik dari ruang privat. Karena akan terjadi konflik antara hak pribadi dengan hak publik.
Hal contoh paling seger adalah filem yg cukup kontroversial BCG ("Buruan Cium Gue"). Disini akan rumit membedakan mana yg merupakan hak pribadi dan mana yg merupakan hak publik dan apakah hak publik telah menginfiltrasi hak privat. Andapun bebas berpendapat soal ini.

Akhirnya yg muncul adalah relatifitas. Sesuatu menjadi bener dalam situasi dan kondisi serta waktu tertentu untuk si anu.

Ndak mungkin seseorang menjadi benar dalam segala situasi dalam segala suasana dimana saja.

Nah bagaimana mungkin seseorang bisa mengekspresikan kemampuan dirinya secara optimum kalau kedua M1 dan M2 nya belum diperolehnya. Seseorang akan berani mengemukakan ide kalau saja M1 dan M2 bukan menjadi kendala baginya.
Dan sekali lagi memperoleh M1 tidak harus mewah serta memiliki M2 tidak harus berarti nekat.

Yang cukup penting dalam hal ini adalah ungkapan "shoot the message not the messenger". Serang saja pendapatnya tapi jangan lukai orangnya.


M4 Merdeka dalam beribadah (freedom of every person to worship God)


M4 ini merupakan the ultimate freedom. Beribadah disini dapat juga diartikan bebas berhubungan dengan yg sifatnya transendental dan berupa spiritualitas.
Jadi babas dengan yg diper"Tuan Agung"kan. Yg mudah adalah kebebasan dalam menjalankan ibadah tanpa harus diatur-atur oleh negara.

Kalau aku paling seneng dengan hal ini hanya dengan sebuat kalimat "bagiku agamaku, bagimu agamamu" titik.

Yg sulit disini adalah bahwa kita harus mengerti bahwa hak kebebasan ini bisa dimiliki oleh siapa saja. Dan besarnya (magnitude) kebebasan ini sama percis antara saya, anda dan dia maupun mereka. Sama antara simbok bakul, tukang sapu, pejabat, manajer, supervisor, tukang becak maupun drafter dan tukang fotokopi/tukang sapu di kantor.


M3 dan M4 ini sering merupakan inti dari visi misi LSM-LSM dukungan negara-negara maju. M3 dan M4 ini diberikan (dicekokin) ke LSM-LSM di Indonesia. Nah coba bayangkan, apa yang bakalan terjadi seandainya orang yg belum memiliki M1 dan M2 mau memperjuangkan M3 dan M4 ? Pasti, deh "amburadul dedel duwel" .... Sedihnya, aku ndak tau harus bagaimana dengan ini ? :(


Konsep kemerdekaan si Roosevelt ini tentunya bukan satu-satunya konsep merdeka yg harus diikuti, namun aku yakin dapat dipakai sebagai wacana bagi kita untuk dapat mengerti arti sebuah kemerdekaan. Dan harapan saya, tentunya kita sudah tidak lagi berpendapat bahwa kemerdekaan sebagai "kemerdekaan anak-anak kecil" yg bebas ngompol dimana-mana.
Kemerdekaan ternyata memang bukan hal yg sederhana, ya ?

Pesan temen saya ini salah satunya --> "jika kau mau memakai kata2 besar 'demi negara' atau 'demi bangsa' - berpikirlah dulu ttg artinya. Lain halnya jika hanya 'demi diriku' atau 'demi keluargaku' --> itu mah se-karep2mu ndasmu sempal :) .. asal nggak ketangkep polis"


Salam
RDP
"sedang libur kemerdekaan, aku mencoba merenungi apa sih arti kemerdekaan itu ?"