Tuesday, May 02, 2006

diskusi di milist : Antara Dr Rizal Mallarangeng & Mr Rovicky,...

Ternyata aku ngga bisa melepaskan perjalanan Cepu begitu saja. Diskusi dibeberapa milist masih saja berbicara soal tulisan yg pernah aku buat (klik disini) . Aku pribadi sudah "merelakan" keputusan yg telah dibuat pemerintah dan lebih mengharapkan minyak segera mengalir dari Lapangan-lapangan ini. Justru keraguanku adalah kedua operator ini bekerja sama dengan baik.

Aku juga ngga tahu kenapa ketika berdiskusi soal cepu ini banyak yg langsung mendudukkan Pertamina dan Exxon dalam dua sisi yg berseberangan. Padahal masih ada opsi lain utk duduk dalam satu sisi, atau bahkan menambah sisi lain sebagai pembanding. Which is too late now.

Pertamina sendiri mnurutku kalah karena tidak ada persiapan. Kalau dilihat di IPA paper tahun 2002 sudah ada tentang AMDAL yg dilakukan Mobil OIl, sedang Pertamina belum melakukan apa-apa. Sehingga dari sisi ini Pertamina menjadi "kalah set" dalam mencuri start. Sehingga seolah kalah persiapan, bukan kalah karena kurang kemampuan.

Namun disisi lain EMOI-pun melakukan pendekatan persuasif yg mungkin saja "tidak mendidik" penduduk lokal. Saya mendengar ada pedagang yang menjadi malas melakukan pekerjaanya karena rumahnya dikontrak utk


RDP
"aku tahu pasti diketawain Mas Mbong ketika mencoba mengelak dari kisah Cepu :("

=== Pak Andang Bachtiar (Mantan Ketua Umum Ikatan ahli Geologi Indonesia)
menanggapi di IAGI-net ===

On 5/2/06, Andang Bachtiar wrote:
Pak Vicky,
aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal (lagi2) Cepu karena aku ingin meng"highlight" kenyataan bahwa diantara kita yang ada di industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang "who's in-charge" (legally & operationally) dalam kasus-kasus penguasaan blok/lapangan migas Indonesia.

Ketika sampeyan katakan "AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum melakukan apa-apa" sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa yang melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun yang lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak hanya berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya juga ada wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan Exxon Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.

Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun, sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan semata-mata EMOI.

Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu) juga mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik yang dikeluarkan untuk AMDAL maupun untuk pendekatan-persuasi (ComDev) dll yang berkaitan dengan operasi blok tersebut.

Repotnya, kesatuan manajemen TAC yang seperti itu TIDAK DICERITAKAN ke masyarakat, sehingga seolah-olah hanya EMCL saja yang bergerak di lapangan, Pertamina seolah-olah tidak melakukan apapun juga. Dan perkeliruan persepsi tersebut dibesar-besarkan sampai ke level politis shg kesannya jadi lucu: ada sekumpulan masyarakat yang menolak Pertamina karena selama ini Pertamina tidak melakukan apapun disana, tapi EMCL-lah yang melakukannya, bahkan para anggota Dewan yang terhormat-pun terkecoh dengan hal tersebut (bahkan di kalangan petinggi Migas-pun juga ikut2an seperti itu)... lihat kembali rame-nya gonjang-ganjing komentar berbagai kalangan di koran-koran awal tahun ini,.. semunya berkomentar atas dasar persepsi yang ter/di-kelirukan seperti itu.

Kalau memang EMOI atau EMCL melakukan semuanya SENDIRIAN, tidak seharusnya mereka meminta penggantian uang investasi (COST RECOVERY) yang bahkan sampai 300-400 jutaan dollar ke Pertamina (supaya ditanggung bareng atau nanti dipotongkan di split minyaknya),... ya sudah, tanggung aja sendiri duitnya.
Tapi buktinya!?? Khan mereka mengajukan cost-recovery juga??! Nantinya BPMigaslah yang akan jadi benteng terakhir persetujuan cost-recovery tersebut. Nah, dalam hal tersebut, nantinya nama entitas legal yang bergerak

di Blok Cepu tentunya bukan sekedar Pertamina-EMCL, tapi juga BPMigas-Pertamina-EMCL. Apakah pak Awang dkk di BPMigas terima saja kalau nanti dikatakan: Pemerintah tidak melakukan apapun juga di Blok Cepu, cuma Exxon Mobil-lah yang membangunkan jalan, jembatan, puskesmas, kperasi, sekolah dll disana,... tapi BPMigas?? Mana pernah mereka bangun sesuatu di sana?? Saya tidak yakin rekan-rekan di BPMigas akan diam saja dengan perkeliruan persepsi seperti itu.

Mudah-mudahan sedikit uneg-uneg saya ini bisa kembali meluruskan kesalahan persepsi tersebut (terutama di kalangan kita yang bergerak di oil-gas sendiri).


Salam

ADB (Mantan Ketua Umum Ikatan ahli Geologi Indonesia)
ETTI - Exploration Think Tank Indonesia

Diskusi di Milist-milist yg masih juga memperpanjang masalah Cepu nii.

On 4/28/06, MMI Ahyani wrote:
> ----- Original Message -----=20
> From: "kaplan liong"
> To:
> Cc:
> Sent: Wednesday, April 19, 2006 3:13 PM
> Subject: Surat Terbuka
>
>
> > Bung ,
> >
> > Kalau tidak keliru Rizal Malarangeng memperoleh Ph.D di Ohio
> >University, USA? Kalau ini keliru lupakanlah, tapi yang jelas Rizal
> >Malarangeng itu alumnus universitas Amerika. Di lain pihak kamu juga
> >kenal Prof Jeffery Winters, dari Ohio Uniuversity, dan sebagai
> >intelektuil mestinya membaca tulisan Dr.John Roosa, John Perkins,
> >William Blum, Peter Dale Scott dan Noam Chomsky.
> >
> > Saya Kaplan, bakas mahasiswa ITB jurusan Geologi,tidak selesai.
> >Saya tinggalkan ITB masuk Pendidikan Perwira Penerbang Angkatan
> >Udara. Kemudian saya adalah seorang penerbang pembeuru di AURI, dan
> >melanjutkan studi di USAF Strategic Intelligence. Dalam era 45 saya
> >adalah pelajar pejuang kemerdekaan dari Tentara Pelajar.
> > Mendapat penghargaan bintang tertinggi Pahlawan Gerilya,sebuah
> >pengakuan negara atas pengabdian seorang patriot dan nasionalis
> >Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan Republik Indonesia.
> >
> > Membaca tulisan Rizal Malarangeng tentang Blok Cepu, dan kemudian
> >surat terbuka dari Rovicky Dwi Putrohari, Geologist Indonesia
> >anggota IAGI-HAGI-IPA, yang ditujukan kepada Rizal Malarangeng. =20
> > Ketika Doktor Malarangeng dengan sinis mengejek "nasionalisme
> >usang", "mengajak kembali ke suasana 1950an-1960an", menyebut Kwik
> >Kian Gie sebagai berpandangan hitam-putih, dan minta "Prof Cliffort
> >Geertz meneliti lagi Indonesia dengan menulis The Involency of Mind
> >in Jakarta'", aku mengelus dada dengan menyebut "audzubillah min
> >dhalik, ampuni,Tuhan", intelek Indonesia made in USA ini persis
> >pikiran dan kelakuan Kolonel (KNIL) Abdul Kadir Joyoatmodjo, ketua
> >delegasi Belanda untuk perundungan dengan Delegasi Republik
> >Indonesia di Jogya yang dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin pada tahun
> >1948.
> >
> > Sejarah berulang, enampuluh tahun kemudian dengan sinisme.
> >Mentalitas bangsa, yang dipertontonkan oleh DOKTOR RIZAL
> >MALARANGENG, "tetap bermental inlander", sekalipun ia telah
> >menyandang DOKTOR produk pendidikan tinggi Amerika. Tipe-tipe inilah
> >yang kita temui kini=20 mendominasi jalannya politik kekuasaan
> >Indonesia di bawah SBY-Kala sekarang ini, yang tetap akan
> >menyebabkan bangsa ini terpuruk, dan tak tahu mau kemana. Mentalnya
> >kerdil, menganggap Amerika itu super
> > segalanya, karenanya harus ditiru, diikuti segala teorinya dan
> >dipraktekkannya. Prof Cliffort Geertz, Liddle dan sebangsanya
> >dianggap dewanya?
> >
> > Aku keluaran pendidikan USAF, belajar dari dalam perut US
> >imperialist the super power, mengerti denyut dan nadi mereka.
> >William Blum dalam "Rogue State", Common Courage press 200,
> >menyebut negara bangsat yang irrasional, dan John Perkins dengan
> >"Confession of Economic Hit Man"-nya membongkar telanjang kebiadaban
> >CIA. Bagaimana IMF dan World Bank (sekarang dipimpin Paul
> >Wolvovitch) telah membuat negara terbelakang yang kaya sumber
> >alamnya seperti Indonesia, menjadi penghutang besar, sumber
> >penghisapan MNC, dan menjadikan pemerintahannya korup yang tak bakal
> >mampu membayar hutangnya kembali. Lihat Free Port, New Mont, dan
> >Block cepu, dan masih akan menyusul yang lain.
> > Berkeley Mafia kita, Widjojo Nitisastro, Sadli, Ali Wardana, Emil
> >Salim, yang membangun orde baru bersama CIA ini harus
> >bertanggu8ngjawab atas keboborokan bangsa kita sekarang ini.Jangan
> >lupoa Sumitro dan Suharto adalah biang keladinya, dan di mata US
> >tidak lebih dari kacung-kacung CIA.
> >
> > Aku harus mengusap dada, betapa pengorbanan putera-putera terbaik
> >bangsa Indonesia telah gugur untuk mempertahankan Republik Indonesia
> >ini menjadi sia-sia, dengan produk intelektuil-intelektuilnya yang
> >bermental budak sekarang ini. Charac ter Building yang dibangun oleh
> >Sukarno fading away akibat brainwashed CIA.
> >
> > Rakyat dan bangsa ini harus menunggu berapa puluh tahun lagi untuk
> >memperoleh jati dirinya kembali, berkarakter dan bermartabat? Potret
> >Camdessus menyaksikan Suharto tandatangan, harus dibuka dan dilihat
> >kembali. Orang Indonesia tanpa martabat, yang korup, tentu tak
> >terasa dan bukan apa-apa.
> >=
> > Kapan bangsa ini tidak akan lagi menjual bangsanya?Dan dapat
> >mengembalikan martabat dan harga diri TKI?
> > Membebaskan mereka dari klas budak belian? Jujur saja aku pessimis
> >dengan orang-orang tanpa martabat tapi intelektuil tipe malarangeng,
> >bahwa bangsa ini akan dapat membebaskan darinya dari hutang,
> >sekalipun Blok Cepu katanya akan menghasilkan bermilyar dolar?
> > Pertanyaan kemudian, untuk siapa, tuan?=20 =20 Kurang profesional
> >bagaimana Baihaki, ia dipercaya oleh Caltex, mengelola Caltex di
> >Indonesia, kemudian ditarik ke Pertamina bukan karena KKN tapi
> >karena profesional, tapi tokh kemudian ditendang dari Pertamina
> >karena sebagai seorang nasionalis, ia membela kekayaan bangsa
> >Indonesia untuk Indonesia bukan untuk imperialisme dan MNC. Kurang
> >intelek bagaimana Harun Al Rasyid yang ex TRIP, bersaing dengan
> >orang-orang bule, dapat memimpin Caltex dan berhasil, kamu meragukan
> >profesionalisme, nasionakisme dan patriotisme mereka ini?=20 =20
> >Salut kepada Rovicky Dwi Putrohari, yang TKI di Malaysia, seorang
> >intelek profesional,nasionalis dan patriotik, bukan antek penjilat,
> >menyatakan tidak putus asa, sekalipun ada orang dan antek Amerika
> >menguasai tanah air. Ia masih punya gagasan lebih besar lagi dari
> >Blok Cepu untuk dipersembahkan kepada mu negeri.
> >
> > Kalau kamu masih punya hati nurani dan mengerti apa arti "Padamu
> >Negeri Kami Berbakti, Padamu Negeri Jiwa raga kami", kamu harus
> >bertobat, jawab tulisan ini, dan jawab surat terbukanya Rovicky.
> >Ukur sejauh mana kamu telah berbuat untuk tanahairmu. Kalau kamu
> >memang sebanarnya kamu adalah reinkarnasi dari Abdul Kadir, biar
> >bangsa ini mencatatnya ini adalah produk pendidika Suharto dan orde
> >baunya, aku serahkan kepada MU, Tuhan.
> >
> > Ikutilah dan belajarlah dari Letkol Hugo Chaves, Venezuela, yang ia
> >mendapat pendidikan militer di US Army Fort Benning, berani
> >menantang US as Rogue State.
> >
> > Kaplan H.A.

>

2 Comments:

At 5/15/2006 05:30:00 PM , Anonymous Anonymous said...

trims pak Kaplan,
u really open up our mind
"Indonesian young generations"
to become more Indonesian

 
At 6/03/2006 11:18:00 AM , Anonymous Anonymous said...

hi mas putrohari
aku mahasiswa tingkat akhir UPI bandung...
pas ngebaca paper atawa sejenisnya milik RDP...kenapa ya aku jadi ingin mendalami GEOTHERMAL energy of INDONESIA..he he :)
.....Hidup Geothermal....

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home