Friday, March 10, 2006

Minder tanda ngga mampu !

Pernyataan Direktur EP Hestu Bagyo dalam acara BUMN Forum yg ditayangkan MetroTV sangat menyentak hampir semua praktisi migas Indonesia. Peryantaan bahwa secara institusional Pertamina tidak mampu mengelola Cepu ini seolah sebuah pukulan tangan kanan yg muter mengenai muka sendiri. Namun ini bisa saja bukanlah sebuah pukulan "lawan" tapi ini justru cubitan tangan kanan kita ke bokong sendiri supaya sadar apa yg sedang terjadi.

Tentunya Pak Hestu Bagyo tidak serampangan saja memberikan pernyataan "tidak mampu", barangkali ada sesuatu yg ingin beliau ungkap lebih jelas lagi. Ini yang menarik. Kita tunggu saja kalau beliau berbicara di depan DPR. Terlalu emosi dan berspekulasi malah membuat semua jadi runyam. Banyak yg akhirnya menyatakan apanya yang tidak mampu ? teknikal, finansial, dan apa maksudnya institusional ?.

Tentunya banyak orang-orang Indonesia yg berteriak lantang bahwa "kita mampu mengelola Cepu !", entah siapa yg disebut kita, dan apa yg dimaksud mampu. Kalau saja institusional yg dimaksud Pak Hestu bagyo sebagai aggregat ketidak mampuan mari kita lihat apa saja yg ada dalam institusi sebuah bisnis migas.

Untuk mempermudah kita bagi bebrapa kelompok dalam sebuah institusi migas
- Teknikal (Core bisnis)
- Support
- Management
dan bisa ditambah satu lagi :
- Environment (external support)

Karena aku ada di sisi teknikal aku babar ini dulu ya

Teknikal
Yang dimaksud sisi teknikal core ini adalah GGE (geology, geofisika dan Engineer, termasuk downhole hingga surface facilities). Tentunya banyak yg tidak meragukan kemampuan teknikal utk mengelola blok cepu. Tapi kita tengok teknikal ini paling tidak ada dua sisi "brain ware" manusianya atau "hardware" peralatan yg dimiliki, juga kalau mau ditambah software (aturan serta protocol yg tersedia). Nah sisi manusia atau brainware mungkin jelas tidak meragukan lagi. Untuk "hardware" atau peralatan bolehlah kita "membeli" dari luar seandainya tersedia di pasaran. Kalau belum ada tentunya harus menyediakan sendiri. Namun dalam kasus pengelolaan blok cepu ini tentunya tidak ada teknologi secanggih NASA yg akan diperlukan. Aturan serta protokol menjalankan sebuah project tentunya dimiliki setiap istitusi bisnis migas. Hanya saja ada standart yg harus dipenuhi. Mulai dari standar keselamatan (safaty), kesehatan (health) dan lingkungan (environment). Nah tergantung standard mana yg harus dipakai. Disini nantinya biaya (cost) akan berbicara dalam operasionalnya.

Secara sepintas jelas kemampuan teknikal Pertamina tidak ada yg meragukan. Dan saya yakin sekali banyak diantara diantara personal bangsa Indonesia ini yang mampu mengelola Cepu. Apakah Pertamina memilikinya ? Apakah Medco, ataukah EMP ? semua juga bangsa Indonesia. Tetapi dalam kasus Cepu ini hanya Pertamina dan EM yg sering dianggap ada didalam gelanggang.

Sebenernya ada sisi yg positip buat pertamina atas pernyataan pak Hestu Bagyo. Pak Hestu hanya menyatakan Pertamina belum mampu secara institusional namun banyak sekali ahli2 teknis Indonesia yg tersengat bokongnya. Paling tidak di milist profesional seperti ini. Tentu hal ini menunjukkan bahwa merekapun merasa "bagian" dari Pertamina. Buat Pak Dirut Pertamina saya hanya menyampaikan satu "Pertamina masih memegang citra Indonesia, buatlah para ahli teknis ini bangga !"

Selanjutnya yg dibawah dibabar besok pas whik en aja sambil nge-BLOG... :)

- Support
- Management
dan bisa ditambah satu lagi :
- Environment (external support)

rdp

5 Comments:

At 3/10/2006 12:46:00 PM , Anonymous Anonymous said...

mas rovicky,

kayaknya mungkin saatnya sekarang para expert2 kita yang ada di luar negeri untuk disensus. saya percaya lebih dari 1000 orang expert indo di LN, yang merupakan resources unggulan untuk support indo (entah mewakili ptmn atau membentuk lembaga baru) explore cepu. masak gak bisa? banyak sekali praktisi di dunia oil&gas yang sudah diakui kemampuannya.

paling tidak, jika 100 orang (dari 1000) yang mau support dan pulang ke indo (dengan benefit menarik mestinya) dan dibantu dengan expert yang sudah ada di indo, bukan mustahil produksi 200-300K bpd oil dari cepu bisa didapet.

so, pada tertarik untuk pulang membangun negara tidak yah...?

salam.

 
At 3/10/2006 02:26:00 PM , Blogger Rovicky Dwi Putrohari said...

Mau - Mampu ... Wah ini mana yg duluan ? ... dua-duanya kayak endog sama telur ..... eh ayam sama pitik ... Tuh susah kan melihatnya ... Walopun sebenernya kalau MAU maka keMAMPUan akan diperoleh, MAU berusaha, MAU mencoba, MAU melakukannya, MAU belajar ... MAU ... MAU .... Disitulah semua awal kemampuan ... eh jadi harus mau dulu donk !
Kalau ngga mau gimana saya bisa tahu kalau mampu ?

rdp

 
At 3/10/2006 05:19:00 PM , Anonymous Anonymous said...

Mas, kata pepatah arab nih... man jadda wa jada, atau kalo kita bilang, dimana ada kemauan, disitu ada jalan (baca: keMAMPUan).

Terus, selama ini, experts indo yang ada di LN kan juga yang berperan dalam produksi oil&gas dunia kan? gak boleh dipungkiri itu! berapa ratus thousands dollarman kita diluar. masalahnya adalah: ketika yang MAU pulang tidak mendapatkan dukungan (baca: kebijakan) yang diharapkan di negeri ini, sehingga banyak yang cabut. sudah berapa banyak 'bunga bangsa' kita yang sangat dihargai di LN tapi dicampakkan di Indo.

intinya ni, harus banyak yang ngawasin explorasi sumber kekayaan alam indo. dan itu dibutuhkan orang2 yang ahli dibidangnya. sehingga sebisa mungkin yang expert ini balik ke Indo. kadang2 saya merasa aneh sendiri, yang disuruh mengawasi malah tidak tahu apa yang harus diawasi. record data tidak ada, dan semuanya dipasrahin. ya sudah jadi acakadut...

coba kalo pengawasnya 'membajak' orang2 yang mampu (dan mau tentunya, Mas mau kan jadi yang pertama?) untuk pulang membangun bangsa, niscaya Indo pelan2 akan membaik. sayangnya, pengawasnya pada tidak bermoral sih... mungkin dulu rekrutnya gak pakai psikotest kali yah.. upst!

eh, aku kok malah ngelantur kemana2. udah ah pulang dulu. ditunggu tulisan wiken-nya di blog.

salam wiken.

 
At 3/11/2006 07:18:00 AM , Blogger Minarwan (Min) said...

Seperti yang aku tulis di email di milis, gabungan individu yang brilian + institusi yang tidak siap tidak akan dapat membuat proyek besar lancar. Jadi kalau penilaian kita hanya sebatas pada kualitas individu lalu langsung "jump to conclusion" Pertamina pasti bisa kayaknya sedikit terburu-buru. Orang dalam yang tahu bener soal ini, penonton seperti kita kan cuman tahu luarnya.

 
At 3/12/2006 10:32:00 AM , Blogger Rovicky Dwi Putrohari said...

Kalau saya juga bilang, Pertamina ngga mampu secara teknis mengoperasikan lapangan cepu, paling tidak belum pernah berpengalaman mengoperasikan lapangan yg berproduksi sebesar itu. Jadi karena tujuan Pertamina nantinya adalah bermain global maka Pertamina harus mengoperasikan Cepu sebagai sarana belajar sebelum terjun ke gelanggan Internasional.

kali gitu yg dimaksud Pak Hestu

RDP
"mimpi positip ah ...."

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home