Friday, June 30, 2006

Glung - Bleg, dan Danau Bantul di Jogja !

Berhubung templeteku ngaco (returnnya amburadul) aku pindah aja ke rovicky.wordpress.com
Kalo pingin liat yang rapi klick aja ke sana

Fenomena bunyi glung dan bleg yang terdengar di Imogiri ini emang aneh. Lah namanya juga Jogeja kalau ndak ada yg berbau mistik bukan berita lah yaw. Yang lucunya lagi bunyi ini katanya terdengar berbunyi glung sebelum gempa dan berbunyi bleg setelah gempa.


Nah ini dia menurut seorang dosen di Jogeja, yg dilansir sebuah harian di Jogja, suara "glung" karena "growong" (ada lubang kosong), trus sekarang berbunyi bleg karena sudah terisi sewaktu gempa.
Kayaknya sih nalarnya bagus kan ? Tapi ...
Duh piye apa iya "warna suara" bunyi yg diucapkan dipakai sebagai bahan acuan ilmiah ya ?
Lah wong suara "jago kluruk" saja beda-beda suaranya je. Coba tanya sama orang Sunda gimana bunyi jago berkokok ? "Kongkorongoook" !, trus ada yg bilang "Or ok ok ok !". Trus tanya bule yang sliweran lewat itu, "cock-a-doodle-doo" tanya aja gimana suara pistol "Bang ... Bang ... !". Ini membuktikan bahwa jenis suara yg ditirukan manusia suara tidak dapat dipakai secara ilmiah menjelaskan gejala alam dengan sederhana begitu. Iya ndak, sih ?

Penjelasan lain yg dilakukan oleh Staff Geologi UGM lebih logis, lah iya wong sesuai dengan geo-logis. Bahwa suara itu barangkali proses stabilisasi dari batuan yg sempat tergerak mendadak ketika gempa. gerak-gerak stabilisasi ini yg menimbulkan suara dan menyebabkan getaran aftershock. Jadi kalau disesuaikan dengan logika teori gempa yang lain hal ini sepertinya ok saja. Dijelaskan juga bahwa adanya suara-suara setelah gempa itu hanya ada di Jogeja.

Kayaknya emang Jogeja itu seperti dunia lain yang selalu ada "penampakan" aneh dan misterius ya.

Penjelasan Irwan Meilano kawan saya yang sedang ambil Post Doc di Jepang menjelaskan dengan teori gelombang begini katanya,

High-frek P-wave apabila sangat dangkal akan menghasilkan suara yg bisa kita dengar lansung (kalo dilaut disebut juga T-wave (acoustic wave)). Sesudah high-frek P-wave yg amplitude-nya sangat kecil, baru low-fre P-nya datang dan terasa goyangan..dan sesudah itu baru S-wave yg lebih bergetar.

Kemungkinan gempa susulan yg banyak di imogiri sangat dangkal dan terdengar jelas apabila kita berada cukup dekat dengan sumber.

Alhamdulillah sekali saya pernah mendengar gelombang ini sewaktu survey di suatu wilayah sesudah gempa di jepang. Terdengar seperti suara yg berat dan sedikit bergema. gluunggg......

Nah, penjelasa Irwan ini ngilmiah banget ya, lah wong dia itu Doktor pergempaan je. Nah gelombang gempa yg 'ditangkap" Irwan di gunung kidul kemarin seperti disebelah itu.

Mudahnya gimana ya ?
OK gini aja, gempa itu kan seperti gelombang juga seperti yg sudah saya gambarkan sebelumnya disini tentang tanda-tangan gempa. Gelombang-gelombang getaran gempa ini memilki rentang frekuensi yag berbeda-beda. Seperti juga suara yg kita dengar yg terdiri dari gelombang berbagai frekuensi. Suara dengan frekuensi rendah yg kalau di speaker itu terdengan nge"bass" yg menggetarkan dada dan bisa kedengeran dari jauh "Dug ... jedug", dan ada juga suara frekuensi tinggi yang terdengar "kencring-kencring" ("trebble") yg bikin pekak telinga, namun tidak jauh.

Demikian juga dengan gelombang gempa. Gempa memiliki gelombang frekuensi rendah yg mampu menggetarkan dan menjalar jauuuuh, tapi saking rendahnya getaran ini tidak mampu didengarkan telinga. Nah, pada gelombang gempa ada juga frekuensi tingginya sehingga terdengar kuping manusia. Walopun termasuk frekuensi tinggi untuk ukuran gelombang gempa, getaran ini termasuk frekuensi rendah yang bisa saja terdengar glung atau bleg. Nah glung atau blung atau bleg, ini sudah sangat subjektif tidak bisa dipakai sebagai acuan.

Jadi bukan berarti glung masih kosong dan bleg sudah terisi kan ?
Jadi kalau gitu munculnya danau di Bantul sangat tidak beralasan ?
Yep, Pembentukan danau di bantul akibat gempa di Opak ini tidaklah beralasan.

Pembentukan danau akibat patahan ?

Jadi patahan tidak dapat membentuk danau ? ... upst tunggu dulu !
Patahan dapat membentuk danau, contohnya di Danau Ranau dan Danau Singkarak di Sumatra. Kedua danau ini dibentuk oleh adanya sesar atau patahan geser Sumatra, atau yg sering disebut Sesar Semangko. Patahan yang panjangnya ratusan kilo meter membelah sepanjang Pulau Sumatra ini telah membentuk sesar semangko. Kedalaman danau Singkarak ini 268 m. Bayangkan saja, kedalaman laut Jawa saja kurang dari seratus meter. Jadi patahan emang dapat membentuk danau yag suangat dalam. Bahkan bisa disebut laut dalam, lah wong laut dalam itu kedalamannya dita 200 meter, sedang danau singkarak ini 268 meter !!.

Taaaaaapiiii

Nah ... jangan takut dulu lah yaw .... seperti yang sudah saya tuliskan tentang patahan-patahan di Jawa bahwa pembentukan patahan Sumatra ini sudah sejak jutaan tahun yang lalu. Oke lah anggap saja terjadi sejak sejuta tahun yang lalu maka kalau toh terjadi danau di mBantul maka akan terbentuk setelah sejuta tahun lagi .... walaaah ngapain takuut booo !. Anak cucu kita masih bisa menyelamatkan diri lah yaw.

Jadi memang benar ada danau yg dibentuk oleh patahan, memang benar patahan dapat membuat danau. Hanya saja tidak terjadi serta merta "mak blung !".

Kontribusi kumpeni-ku


Akhirnya perusahaan tempatku bekerjapun menyumbang untuk gempa Jogja. Semoga saja bantuan HESS Corporate ini bermanfaat.
--------
The following press release has just been issued publicly...

Press Release
Contact: J.R. Allen
212-536-8550


HESS CONTRIBUTES TO INDONESIAN EARTHQUAKE RELIEF

NEW YORK, June 26, 2006 – Hess Corporation (NYSE:HES) today announced that it is contributing $1 million for disaster relief efforts in Indonesia, where devastation from an earthquake in the Yogyakarta area of central Java killed more than 5,000 people and left more than 250,000 homeless.
The company will donate half of the $1 million in relief funds to the International Medical Corps to provide critically needed medical supplies and half to CARE Indonesia to provide safe drinking water, a critical need in the aftermath of the 6.2 earthquake that occurred on May 26.
John B. Hess, chairman and chief executive officer of Hess said, “The company and its employees are deeply saddened by this tragedy. We offer our sympathy to those affected by this disaster and our appreciation for the extraordinary efforts made by the relief organizations.”
Hess Corporation, with headquarters in New York, is a global integrated company engaged in the exploration for and the production, purchase, transportation and sale of crude oil and natural gas, as well as the production and sale of refined petroleum products.

# # #

---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Tuesday, June 27, 2006

Ini bukan kata sandi !!!

5bNRny 1N1 y h4ny TULsn s1N6kt R1n6KS aj. tP KL bkn 4b6 m4N b5 mmbc Sprt 1n ? akU ykn b46 y6 bkn 4b6 prl wKt b3rMnt-mnt untK mMBcny TTpI b6 4b6 ... k3C1l B0 !

nh Y0k cB k4 tl15 dn6n caR B61N ....

gm4n y kL DoNgN64n 5Nt4 DiTLS dN6n Cr BgN ?
NAH GINI BACANYA :

Sebenernya ini ya hanya tulisan singkat ringkas aja. Tapi kalau bukan ABG mana bisa membaca seperti ini ? Aku yakin bagi yg bukan ABG perlu waktu bermenit-menit untuk membacanya tetapi bagi ABG ... keciiil bo !
Nah yook coba kau tulis dengan cara begini ....
Gimana ya kalau dongengan santai ditulis dengan cara begini ?
---------------

Duh, anakku smsmu tak bisa kebaca ... :(
---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Apa penyebab banjir Sinjai ?

Apa penyeban banjir di Sinjai ?
.... ya air !


Hehehehe ... sepertinya kok cuman guyon ya.
Tapi coba perhatikan apa yg tertangkap oleh satelit pemantau cuaca ini. Benar bahwa penyebab banjir di Sinjai ini terutama karena hujan yg abnormal tinggi di lokasi banjir. Bayangkan kalau setiap titik lokasi dijatuhi air setinggi 250 mm atau 25 cm.

Apaan sih artinya curah hujan 250 mm ?

Tingkat kederasan hujan dilihat dari seberapa tinggi kolom air yg dijatuhkan pada suatu daerah. Nah kalau tertulis 250 mm itu artinya setiap daerah disitu dicurahi atau digenangi air setinggi 250 mm atau 25 cm. Jadi kalau saja air itu tidak mengalir maka daerah seluas itu akan memiliki kolom air setinggi 25 cm.

Nah sekarang bayangkan saja kalau daerahnya satu kilometer persegi ? Berapa meterkubik volume air yg tercurah ke situ ?
Air memang akan diserap kedalam tanah kalau tanahnya mampu menyerap, tetapi penyerapan ini sangat lamban tidak bisa dalam waktu satujam. Bayangkan kalau air hujan itu turun hanya dalam waktu beebrapa jam saja .... Mak byuk !!!! air dari atas turun begitu saja.

Nah apakah itu kehendak alam atau akibat ulah manusia ?
Ya kita lihat saja, berapa kemampuan air menyerap. Kalau belum jenuh tentunya air bisa menyerap, tapi kalau tanahnya sudah jenuh air, ya air hujan menjadi air permukaan (run off). Run off water atau aliran air permukaan ini awalnya akan melalui jalan yang tiap hari dilewatinya. Namun kalau curah hujan sudah berlebihan, daya serap tanah sudah tak muat lagi, serta jalan air sudah diisi oleh kegiatan manusia, ya mau tak mau air akan mencari jalannya sendiri. Tentusaja sambil "membawa" benda-benda yg kebetulan menganggu jalannya. Nah kalau run off ini sudah tak muat inilah yg disebut banjir ...

Jadi penyebab banjir jelas karena :
- curah hujan yg berlebihan (mau marah ama yang membuat hujan ? ... tuh hujan bisa jadi bukan hanya karunia jugak.
- daya serap tanah yg berkurang (hihihihi paling enak ya nyalahin si penebang liar itu),
- trus yg menutup jalan air ... duh ya penduduk emang tinggal disitu piye ?

Jadi banjir juga gejala alam ?
Lah iya lah yaw ... kalau mau tahu, ada info menarik tentang daerah banjir ....
Jakarta !! .... ya Jakarta itu tanahnya dibentuk oleh endapan banjir.
Jadi ?
Ya, memang sejak jaman dahulu kala, pembentukan tanah di Jakarta dibentuk dengan mekanisme banjir. Nah kita sebagai manusia ya harus pinter-pinteran "bergurau" dengan air ini. Kalau dia mau lewat ya dibuatkan jalan yang bener, jangan ditutup sembarangan. Jadi mungkinkah jakarta bebas banjir. Hmmm..... bisa saja, kenapa tidak. Belanda, kira-kira sepertiga tanahnya merupakan daerah bekas daerah banjir. Ya tentusaja caranya dengan engineering, dengan sebuah tindakan rekayasa. Manusia kan diberi bekal untuk mereka yasa. Yang lebih penting adalah bagaimana bergaul dan bersenda gurau dengan alam.

Nah dengan begitu kita tahu bahwa banir juga ada pengaruh alam, juga ada pengaruh manusia. Kalau alamnya sendiri ya sejak dulu ya gitu-gitu saja. Manusialah yg mesti pinter "bergaul" dengan alam. Kalau menurut National Geographic, manusia harus pandai bersenda-gurau dengan ...."The Violent Earth" ... upst !!

image source http://earthobservatory.nasa.gov/NaturalHazards/shownh.php3?img_id=13668
---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Mungkinkah Gempa penyebab Mud flow ?

Sejak awal banyak yg curiga bahwa gempa menjadi penyebab "mencairnya" batuan lempung (clay) di dalam tanah yg tergetar oleh gempa. Apakah mungkin ?
Mungkin saja karena hal ini pernah terjadi dibelahan dunia lain ... eh tapi bukan dunia othok owok looh :)

Mari coba lihat fakta yg sudah ada didunia nyata
Sebuah statistik menunjukkan beberapa erupsi mud volcano terjadi akibat getaran gempa. Hal ini juga terlihat dan terjadi setelah gempa besar di Aceh tahun 2004. Proses mencairnya batuan yg akhirnya menyembur (erupsi) ini disebut sebagai liquifaction.

sumber : http://eqinfo.ucsd.edu/~dkilb/mud.html

Gambar diatas menunjukkan hubungan antara besarnya gempa dengan jarak titik pusat gempa. Terlihat semakin dekat akan semakin banyak kemungkinan terjadinya erupsi mud volcano ini.
Dalam gambar diatas terlihat bahwa erupsi mud volcano terjadi bila kekuatannya getaran didaerah tersebut melebihi 6M.

Bagaimana dengan gempa Jogja dan erupsi mud flow di sumur Banjarpanji-1. Jarak sumur Banjarpanji ini dengan sumber gempa sejauh 250 Km. Sedangkan jarak antara Sumber gempa dengan mud volcano yg sudah ada di Kuwu 120 Km.


Kalau di Jawa Timur terjadi erupsi volcanic tentunya tetangga terdekatnya akan lebih merasakan goyangan lah yaw ... lah iya, tetangga deket tentunya lebih denger teriakan anak-anak daripada tetangga jauh kan ?

Jadi mengapa di Bledug Kuwu tidak terjadi erupsi ? Mungkin getaran di Bledug Kuwu hanya terasa 5 M, tidak cukup utk menggetarkan yg menyebabkan erupsi.
Mungkin ada beberapa penjelasan lain : Bledug kuwu tidak berada pada pola dissipasi atau tidak berada pada arah "tembakan" gelombang gempa. Gelombang akan merambat pada batuan keras tetapi akan teredam pada batuan lunak. Nah, posisi pusat gempa berada pada batuan keras ke arah timur. Memang ada kemungkinan kearah timur lebih kuat karena memang gempa Jogja itu dirasakan di bali jauh lebih kuat ketimbang di Kebumen. Lihat juga penjelasan saya ketika melihat kerusakan atau damage area.

Jadi kemungkinan selalu saja ada. Walopun kemungkinan itu sangat kecil. Namun pendapat pribadi saya, besarnya kekuatan getaran di Jawa timur ini masih tidak cukup signifikan untuk membuat batuan yg kenyal dibawah sana untuk "mencair" mengalami liquifaction. Anda tidak harus sama seperti yang saya yakini, kan ?

Kejadian gempa, gunung api, serta mud flow di Jawa Timur itu "coinsident" (waktunya) tetapi bukan "coinside". Atau kalau bahasanya wong matematik itu ada korelasional tetapi bukan kausal. Kalau toh kausal ya harus dijelaskan dengan cara yang lain, misalnya chaotic behavior yg rumit. Sedangkan saya lebih menyukai "Occam Razor" The simplest answer is usually the correct answer. atau seperti kata Einstein "As simple as possible, but no simpler". Lah, itulah sebabnya apa yg menurutmu mudah dimengerti ya ambil saja itu, barangkali itu yang terbaik untuk kamu mengenali alam ini.

Gitu saja !

Quoted Figure Caption

Plot of distance versus magnitude for earthquakes and mud volcanoes. The small dots show all possible distance/magnitude pairs in our catalog (from each earthquake epicenter to a known mud volcano location even if it did not erupt). Open stars show Azerbaijan mud volcano locations that were reported to have eruptions on the same day as a large earthquake. Open circles were reported to show increased activity after the earthquakes in November/December 2000. Red filled stars show magnitude/distance for other reported earthquake/eruption triggering pairs. Approximate intensity bounds (dashed lines) are also shown. Note that intensity ~6 represents an approximate lower limit for triggering.

---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Sunday, June 25, 2006

Adabtable well design and unsolved mystery ?

It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to change.”
Charles Darwin


Dalam membuat rancangan sumur atau sebut saja lebih umum sebagai "well design" sebuah sumur pemboran dikerjakan oleh Drilling Enginner (DE). Kata-kata diatas haruslah diresapi dan dimengerti oleh para drilling engineer ini. Melakukan pengeboran yg dilakukan driller dilapangan bukanlah sekedar melakukan semua yg sudah dirancang oleh Drilling Engineer di kantor yg dikerjakan dua-tiga bulan atau bahkan setahun sebelumnya.

Geologist dan geophysicist (G&G) yang bagus akan memberikan toleransi-toleransi serta ketidak pastian ada yg mungkin ditemui nantinya. Semua angka yg dikeluarkan oleh G&G bukanlah angka mati. Semua angka itu hanyalah hasil perkiraan terbaik mereka, namun harus lengkap dengan ketidak pastiannya. Ketidak pastian itu melingkupi baik akurasi serta presisi. Menganggap angka-angka G&G itu sebagai angka mati dan eksak bisa jadi dianggap merupakan kealpaan. Driller sebagai eksekutor dilapangan yg menganggap apa yg sudah ada di drilling program sebagai suatu SOP harus dilakukan juga bukan hal tepat dan mengarah ke kecerobohan.

Berita yg terbaca di Media-media yg berseliweran barangkali semua ada benarnya. Drilling operasinya sudah dilakukan seperti apa yg ada dalam well design yg distujui sebelumnya. Namun apakah kondisi bawah permukaan yg jauuh didalam sana mengikuti apa yg dipikirkan geologist-geophysicist (G&G) ? Well design tentunya dibuat mengikuti interpretasi G&G ini.
Menghitung dengan akurasi dan presissi yg baik merupakan tugas G&G, disertai dengan angka ketidakpastian. Ada general rule namun jangan lupakan local rule. Membuat well design yg efisien dan hemat itu hanyalah salah satu tugas Drilling engineer. Namun design yg tepat haruslah memperhitungkan kestidakpastian. DE merupakan jembatan antara G&G dan Driller dilapangan, yang harus mengerti keduanya. Adabtable design mungkin adalah cara yg tepat untuk segala urusan dengan alam.

Beradaptasi dengan kondisi dan situasi yg dijumpai selama operasi itu mesti dimiliki oleh driller. Saya kira, mungkin saja driller dilapangan tidak melanggar well-design yg sudah dirancang. Drilling Engineer juga merancang sesuai data dari G&G. Sangat mungkin bahwa G&G yg sudah berpengalaman inipun sudah mengikuti kaidah ilmiah ketika menginterpretasikan data. Namun kalau hanya menyerahkan karena kondisi alam jelas bukan tindakan bijaksana.

Do we learnt ?
- Ada indikasi "paleo collapse" yg berhubungan dengan shallow section yg mengindikasi "very critical mechanical condition" dibawah sana namun kemungkinan utk bagian atas.
- Kodeco has lost their well and change the surface location. Padahal masih di kedalaman kurang dari 1500 ft.
- Santos pernah mengalami BlowOut ketika masih pada kedalaman 409 meter (<1500 ft )
- Lapindo juga pernah kick di sekitar 4000 ft (secara stratigrafis ekivalen diatas cased hole section BPJ-1), ini terjadi beberapa tahun lalu.

Opini yg sudah beredar saat ini sudah mengarah bahwa mud-flow ini karena kealpaan mengeset casing di kedalaman diatas 4240 - 9200 ft. Bagaimana kalau BO itu terjadi justru pada bagian atas ? Yang terpikir dibenak saya saat ini adalah kekhawatiranku bahwa kita nantinya juga tidak mengerti dengan benar apa yg sebenar-benarnya terjadi. ....... just become an unsolved natural mystery.

---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Friday, June 23, 2006

Keluarnya lumpur Sidoarjo ini

Setelah sedikit-sedikit ada yang memberikan informasi-informasi tambahan, maka dapat diperkirakan dimana saja semburan itu berasal. Ada beberapa kemungkinan dan tentunya akan berbeda penanganannya.


- Sumber keluar dari pinggir lubang lama yg sudah di-casing.
- Sumber berasal dari lubang yg belum dicasing
- Sumber keluar melalui patahan yg memotong sumur
- Sumber tidak ada hubungannya dengan sumur BPJ-1

Awas ya ... ini hanya perkiraan-perkiraan saja. Bukan berarti semua ini sudah benar. Ini hanya dugaan yg saat ini perlu dilakukan verifikasinya. Jangan salah baca bahwa ada 4 sumber kebocoran. Ini hanya kemungkinan, skali lagi kemungkinan ! Cara sains adalah dengan memberikan beberapa dugaan trus diuji satu-satu. Karena ini adalah tujuan menutupnya, maka dilakukan dengan cara yg temudah dahulu secara operasional.

Dugaan yg pertama inilah yang saat ini sedang dilakukan pendeteksiannya yaitu dengan memasang geophone didalam lubang sumur. Geophone ini fungsinya sama dengan mikropon yang buat nyanyi karaoke itu tuh. Dengan alat ini akan diketahui dimana tempat yg "bising" yg diperkirakan tempat bocornya atau tempat mengalirnya lumpur. Sama dan sesederhana juga seperti pak dokter mendengarkan degup jantung juga, kan ?

Nah, kalau saja lokasi dan jalan keluar lumpurnya sudah diketahui tentu penangananya akan lebih mudah. Semoga memang yg terjadi adalah bocor lewat pinggiran antara casing dengan batuan.

Kalau yg terjadi kebocoran disekitar lubang yang sudah di'casing', bisa saja dengan membuat "window" (dilubangi) pada pipa selubung ini, dan dimasukkan lumpur berat serta nantinya di semen. Kalau saja dugaan ini bener maka dengan Snubbing Unit mungkin akan sudah teratasi.

Kalau yg terjadi adalah keluar dari lubang sumur yg belum sempat dipasangin casing tentunya menjadi agak rumit mencari posisi tepatnya, karena didalam sana ada semen "plug" juga ada pipa bor yg tertinggal.

Kalau yg terjadi yang ketiga dimana keluarnya melalui patahan yang ada, tentunya harus dilihat lagi kemana saja arah-arah patahan yg ada ini. Karena memang secara logika patahan ini merupakan zona retakan yg lemah. Walopun kemungkinan ini sangat kecil tetapi kalau "mud flow" alamiah di Bledug Kuwu ya seperti ini fenomenanya. Dalam hal ini BPJ-1 hanyalah pemicu saja.

Kalau anda baca ditulisan sebelumnya terlihat bahwa dahulupun pernah terjadi runtuhan yang sangat mungkin fenomena alam ini pernah terjadi didaerah ini sebelumnya.

Kemungkinan yang lain adalah alamiah tanpa ada hubungan dengan BPJ-1. Wah kalau hal ini yg terjadi tentunya pola atau patternnya mengikuti pola yg sudah ada.

Namun saya rasa yang pertama itu adalah kemungkinannya paling besar. Karena lokasi keluarnya tidak jauh dari kepala sumur (well head), dan "weak point" yg sering dijumpai adalah disekitar casing shoe (sepatu pipa selubung). Cara pendeteksian dengan Snubbing unit ini memang tepat karena tidak menambah beban tanah. Drilling Rig (Rig Pemboran) biasanya memiliki berat relatif lebih besar, serta rig ini akan diperlukan nantinya kalau diperlukan "relief well".

Ingat !!! titik keluarnya tidak hanya satu. Kalau saja ada beberapa titik keluar dari bawah tentunya harus ditangani satu-satu. Penanganan BO ini bukan hal yang mudah tetapi juga bukan hal yg mustahil. Selain berpikir "worst case scenario", yang harus dipikirkan adalah bahwa penanganan tercepat tidak bisa dalam orde mingguan, sehingga masih perlu kesabaran dalam menangani hal ini.
---
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/

Thursday, June 22, 2006

Apa itu "undergroud blowout" ?

Peristiwa yg terjadi di Sumur Banjarpanji-1 (BPJ-1) ini sangat memprihatinkan. Siapa saja sangat prihatin bahwa operasi pengeboran dengan niat baik untuk menambah pasokan energi ini mengalami musibah dan berubah menjadi bencana. Saat ini penelitian dilakukan oleh semua ahli di Indonesia, baik ahli kebumian, ahli konstruksi, ahli lingkungan, ahli sosial kemasyarakatan dll. Penelitian ini harus ditujukan sebagai suatu pembelajaran untuk lebih mengetahui apa yg terjadi dan apa yg harus dilakukan. Dan yang lebih penting bahwa penelitian ini bukanlah pengadilan. Bukan mencari salah siapa tetapi lebih banyak mengapa terjadi.


Berikut saya mendongeng bagaimana kejadian musibah ini dengan cara sederhana semoga membantu mengerti apa yg sedang terjadi.

Dahulu ketika awal-awal eksplorasi minyak di bumi ini, kejadian sumur yang muncrat dengan minyak yg menyembur ke atas, merupakan kejadian yg mengasyikan dan tanda-tanda kesuksesan eksplorasi. Pada waktu itu kesadaran keselamatan dan lingkungan belum secanggih saat ini, sehingga ketika terjadi semburan mereka (para explorer) berfoto mengabadikan penemuannya.

Disebelah ini BO yang terjadi ketika memperoleh minyak di lapangan Spindletop tahun 1900. Sumur ini diperkirakan memuncratkan minyak 3 juta galon (lebih dari 12 000 meter kubik) atau sebesar 80 000 (BPH) Barrel oil setiap hari, sebuah angka produksi yg sangat sulit dijumpai saat ini. Bandingkan dengan lapangan minyak di Indonesia saat ini.
Tuh lihat ... mereka berjejer foto. Coba kalau sekarang aku berfoto begitu ... waddduh pasti GreenPeace an WLHI akan marah-marah .... wupst !

Saat ini peristiwa muncratnya minyak harus dicegah karena alasan keselamatan serta lingkungan. Mulai saat munculnya kesadaran inilah, maka muncratnya minyak (fluida) dari dalam ketika melakukan pengeboran dianggap sebagai musibah atau kecelakaan operasi, karena tidak hanya minyak yg keluar namun juga air dari dalam bumi termasuk material batuan dapat ikut 'mecotot' keluar.

Aliran fluida pengeboran

Dalam kondisi normal, pengeboran dilakukan dengan memasukkan fluida (lumpur pemboran) dari dalam pipa bor sebagai media sirkulasi. Sirkulasi ini diperlukan salah satunya berfungsi untuk menahan tekanan fluida dari dalam tanah. Dalam kondisi normal besarnya tekanan fluida didalam tanah itu sama dengan tekanan tinggi kolom air, masih ingat hukum Pascal, kan ? itu tuh yang rumusnya tekanan sama dengan hasil kali beratjenis x tinggi x gravitasi. Nah kalau tingginya (dalah hal ini kedalaman) diketahui kan kita tahu seberapa besat tekanannya. Tekanan didalam tanah itu bisa saja melebihi tekanan tinggi kolom air sehingga fluida yg dimasukkan harus memiliki beratjenis lebih besar dari BJ air.


Ini gambar kalau tidak dipompakan lumpur dari atas


Kalau sedang dipompakan maka alirannya jadi agak rumit ya ?
Tapi coba perhatikan adanya penambahan dan kehilangan lumpur ketika sedang ngebor.


"Lost" dan "Gain"

Istilah "lost and gain" dalam operasi pengeboran ini sangat lazim dan sangat sering terjadi. Saat ini sudah ada alat yg disebut BOP (BlowOut Preventer), alat ini yang akan digunakan ketika terjadi lost-gain, sebagai katup pengaturnya.
Apabila beratjenis lumpur pemboran memiliki berat yg lebih berat dari tekanan formasi maka akan terjadi masuknya lumpur ke formasi yg porous. Lost merupakan kejadian ketika lumpur masuk ke formasi ini.
Apabila BJ lumpur terlalu kecil, maka lumpur tidak kuat menahan aliran fluida dari pori-pori batuan. Lah, ya saat itu terjadi "gain" atau adanya tambahan fluida yg masuk kedalam lubang sumur. Kalau hal ini tidak teratasi atau terlewat karena proses penyemburannya sangat cepat maka aliran fluida dari batuan didalam tanah ini terjadi terus menerus, Seterusnya fluida akan muncrat keluar melalui lubang sumur dan lubang ditengan pipa pemboran. Ini yang disebut sebagai semburan liar atau "blowout". Yang keluar bisa berupa minyak, gas, ataupun air dan bahkan campuran.

Kondisi tekanan masing-masing lapisan di dalam bumi sana itu tidak seragam, juga tidak di setiap tempat sama. Tekanan fluida pada Batugamping (karbonat) di formasi Kujung di BD-Ridge yang memanjang dari lapangan BD ke daerah Porong ini, berbeda dengan Bagtugamping kujung di Laut Jawa. Berbeda pula perilaku dan sebaran tekanannya dengan batugamping di Baturaja Sumatra, berbeda pula dengan yang di Irian. Memang secara mudah semakin dalam,maka tekanannya semakin besar. Namun ada kalanya sebuah lapisan mempunyai tekanan yg rendah atau bahkan bila disetarakan dengan tinggi kolom air memiliki tekanan dibawah berat jenis air. Ketika ada dua zona tekanan yg berbeda inilah pen-design sebuah sumur harus jeli. Harus tahu dimana harus memasang selubung (casing) yang tepat. Pipa selubung (casing) ini berfungsi untuk mengisolasi zona bertekanan tidak normal, sehingga penanganannya lebih mudah tidak menimbulkan komplikasi.

Design sumur

Nah ketika komplikasi tekanan ini sudah diketahui dari sumur-sumur sebelah-menyebelahnya maka design sumur harus lebih baik dari sumur sebelumnya. Untuk pertimbangan bisnis pada saat ini ada dua hal yg harus diperhitungkan paling dahulu yaitu pertama keselamatan dan kedua keselamatan.... looh kok dua-duanya keselamatan ... ah iya lah, yaw ... kan kesadaran keselamatan kerja saat ini lebih kuat ketimbang hal lain. Hampir semua bisnis memang mendengungkan keselamatan harus lebih didahulukan ... keselamatan pekerja, dan keselamatan lingkungan .... Nah setelah itu baru memperhitungkan biaya.
(ah rdp selalu positip aja ... kalau bisnis kan mesti harus ngirit :) ... Hust !!,
memasang casing untuk menutup ini kan butuh biaya ... HUST !)


Nah design sumur inilah yg dipakai sebagai pegangan ketika operasi.

Komplikasi lost-gain

Ketika terjadi komplikasi lost dan gain ini perlu penanganan dengan teknik khusus. Kedua problem ini ditangani dengan cara yang sangat khusus pula. Namun kalau hal ini tidak teratasi sangat mungkin terjadi "cross-flow", yaitu fluida yg bertekanan tinggi memasok ke batuan yg memilki tekanan fluida rendah. Seandainya hal ini terjadi terus menerus maka terjadilah underground blow out, atau semburan liar didalam tanah. Yang seaandainya berkelanjutan dapat pula terjadi seperti apa yg terlihat di BJP-1.

Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)

Untuk kasus di BPJ ini semburan liar telah terjadi dengan material lumpur yg keluar dari lubang-lubang yg bukan dari lubang bor. Lumpur itu telah keluar melalui celah-celah yg terbentuk akibat tekanan tinggi dari dalam tanah. Banyak hal yg harus diketahui sebelum berusaha menghentikan semburan liar ini antara lain :
- Dimana titik-titik lubang jalan keluarnya lumpur ini
- Berapa tekanan bawah permukaan tempat keluarnya.
- Melihat material yg sudah keluar perlu diketahui bagaimana bentuk lubang bor saat ini.
- Setelah diketahui tentunya perlu juga menentukan peralatan apa saja yang diperlukan.
- dll

Tentusaja kita prihatin akan hal ini. Namun dengan pengetahuan yang benar semoga kekhawtiran ini menghasilkan cara yg tepat untuk mengatasi.

RDP
Wah kata temenku ... Jawa timur mengalami dua masalah pengeboran dalam waktu dekat, sekarang ngebornya Lapindo, dulu ngebornya inul :)

Tuesday, June 20, 2006

Patahan-patahan yg membelah Pulau Jawa !

Issue di sms serta imil juga termasuk tulisan di media-media kacangan di Indonesia banyak menyebarkan berita ini. Termasuk adanya sesar-sesar yg bakalan membelah Pulau Jawa. Banyak yang bertanya-tanya benarkah Pulau Jawa akan terbelah ?
Apakah benar itu ilmiah atau spekulasi ataukah provokasi ?
Kalau benar, kapan itu akan terjadi ?

Penelitinya wong Indonesia !

Nah sekarang kita lihat bagaimana sebenernya pengetahuan geologi kita tentang patahan-patahan di Pulau Jawa ini

Dibawah ini adalah uraian ringkas dan santai, bagaimana dan kapan patahan-patahan ini terbentuk. Kalau sebelumnya disini saya cantumkan penelitian dari University of London tentang penyebaran imil yg berbahaya itu. Nah, sekarang saya cuplikkan dari sebuah penelitian ilmiah yg dilakukan oleh para Ahli Geologi Indonesia. Iya, mereka yg meneliti patahan-patahan di Jawa ini semua ahli-ahli kebumian Indonesia. Mereka-mereka ini peneliti kebumian juga walaupun bekerja di Pertamina dan ada yang sebagai pengajar di ITB. Artikel atau paper ini dipresentasikan di Indonesian Petroleum Association tahun 2003. Mereka adalah : Sribudiyani* Indra Prasetya * Nanang Muchsin* Benyamin Sapiie** Rudy Ryacudu* Sukendar Asikin** Triwidiyo Kunto* Agus H. Harsolumakso** Puji Astono* Ivan Yulianto** (* = Pertamina dan ** = ITB).

Pembentukan patahan-patahan di Jawa

Disebelah ini adalah peta jadul tahun 70juta sebelum masehi. Iya bener 70 juta tahun yang lalu ! Lah mana Pulau Jawa ? Pulau JAwa belum terbentuk, Pulau Jawa belum ada atau belum lahir. Waddduh ... susah ya ... kok mereka (ahli geologi) tahu ?
Ya, ahli geologi ini sudah lama meneliti Pulau Jawa dan tidak pernah menemukan batuan yg berumur lebih tua dari 50juta tahun lalu, ya artinya Pulau Jawa pada waktu itu belum ada kan ?

Tuh, lihat Pulau Sulawesi saja masih hanya lengan bawahnya yang terlihat di peta ini. Berati Pulau Sulawesi pada waktu itu masih berbentuk huruf "i" belum membentuk huruf "k" seperti sekarang ini.

Nah, memang beginilah wajah Indonesia 70 juta tahun yang lalu. Coba lihat garis-garis lurus itu. Garis itu adalah patahan-patahan atau sesar-sesar yg terbentuk pada kala itu. Tuh, lihat juga bagaimana Pulau Sumatra di cacah-cacah patahan yang berarah utara selatan. Jadi, menurut penelitian ini patahan di Pulau Sumatra terbentuk lebih tua dari Jawa.

Menurut para ahli bumi ini batuan dasar (atau dikenal dengan nama Basement) di Pulau Jawa terbentuk antara tahun 70-35 juta tahun sebelum masehi. Batuan ini tersusun oleh batuan malihan (matamorfik), serta batuan beku.

Nah, di peta jadul ini bisa dilihat bahwa Jawa Barat usia batuan dasarnya lebih tua dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ya. Mengapa ? Karena basement (batuan dasar) di Jawa Timur tebentuk pada tahap-tahap akhir setelah ditubruk lempeng Australia dan numpuk-numpuk membentuk basement di Jawa Timur.
Eh, kira-kira banyak gempa terjadi ngga selama pemebntukannya ? Ya , kalau melihat saat ini saja di dunia ada 5kali Gempa skala 5 SR sehari tentusaja selama puluhan-juta tahun itu ada milayaran kali gempa diatas skala 5 SR. Jadi gempa sudah bertalu-talu di daerah ini sejak lama kan ? Ya sama saja seperti hujan yang juga terjadi berjuta-juta kali.

Pada tahun 20 juta tahun sebelum masehi, zona tubrukan lempeng Australia dengan lempeng Asia terkunci dan menyebabkan menunjamnya lempeng Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini yg berlangsung hingga sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api disebelah barat Pulau Sumatra dan juga sebelah selatan Pulau Jawa.

Pada waktu itu Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa lautan ...
Looh kok tahu ?
Ya, tahu lah .... Kalau kita lihat di selatan Pulau Jawa banyak dijumpai gunung gamping kan ? Nah anda tahu ndak bahwa gamping itu dulunya terumbu karang yg hidup dan adanya di laut. Kalau sekarang contohnya ya Pulau Seribu itu atau kalau yg besar ya Great Barier di sebelah timut Australia. Nah, dengan logika yang sederhana seperti itulah maka ahli kebumian ini tahu bahwa pegunungan selatan Jawa, termasuk Batugamping di Wonosari itu, dahulunya adalah lautan. Kalau anda ke Wonosari coba lihat dan amati gamping-gamping itu, mungkin anda dapat menemukan potongan koral atau mungkin juga binatang-binatang laut yg sudah menjadi fosil. Nah anda tahu juga bahwa fosil-fosil itu usianya sudah jutaan tahun ... iya kan ... simpen saja di rumah dan diberi tulisan aja "batuan ini berusia kira-kira 15 juta tahun yang lalu !"... Asyiik kan ?

Nah Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau di Indonesia sudah mirip dengan yang ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah "ditumbuhi" gunung-gunung api yg masih aktif hingga saat ini. Termasuk Gunung Merapi yang sangat aktif kemaren itu. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan Jawa mulai terbentuk dan semakin jelas.

psst ... ada gempa ngga wektu itu ?
Ya tentusaja ada dan buanyak, wong setiap bergeser-geser itu gempa selalu terjadi, taaaapi tidak semua manusia bisa merasakan. Bahkan kalau anda mau tahu, di Jogja masih bergetar looh waupun sudah hampir sebulan lalu ... dengan kekuatan gempa yang hanya 1-2 SR. Gempa-gempa "buntut" ini masih diteliti dan direkam oleh para ahli seismologi utk mengetahui perilakunya. Ya begitulah para peneliti ini, ndak bisa nangkep kepalanya, ya sudah yang buntut-pun masih bisa diteliti. Menarik looh belajar seismologi, apalagi membantu masyarakat utk menghindari gempa nantinya.

Mmm ... patahan-patahan di Pulau Jawa itu yang sekarang gimana ?
Pingin tahu kan ? ...

Dibawah ini kalau kamu klick kamu bisa lihat patahan-patahan di Jawa saat ini dengan lebih detil ... wuiih ruame ya patahannya ... :)
Naah disitu juga bisa terlihat patahan yg diributin kemaren tentang patahan di Jakarta kan ? Iya, memang ada kok. Juga patahan Opak, Patahan Grindulu, Patahan Cimandiri, dan juga patahan-patahan kecil lainnya. Yang digariskan warna merah itu patahan hingga ke batuan dasar, sedangkan yg warna hijau patahan yg terlihat dipermukaan saat ini.

Waaah bisa aktif seperti Jogja nggak ? Lah, ini perlu penelitian, perlu pengkajian, ndak ada yg bisa meramalkan. Tapi yg jelas jangan takut lah ... ini kan mirip ada panu di punggung kan ? Kalau ngga tahu ya cuek. Tapi kalau dikasi tahu ya jangan panik !

Sebelumnya juga sudah saya tulis tentang bagaimana kegempaan di Jawa, klick saja disini.
Tapi trus apa ya mesti dilakukan ?
Nah paling tidak, kenalilah lingkunganmu.
Kenalilah bumi tempat berpijak ini.
Catat semua peristiwa kebumian supaya tidak terlewatkan generasi penerus nantinya.


Nah bagaimana dengan issue pulau Jawa terbelah ?
Nah kalau saja lempeng Australia ini terus menubruk Jawa dengan kecepatan rata-rata 7cm pertahun ini, memang bisa saja Pulau Jawa terbelah tapi itu mungkin akan terjadi 4-5 Juta tahun yang akan datang !
Jadi kenapa takut dengan terbelahnya Jawa ? Wong peramal-peramal itu ya cuman ngawur kok ngomong besok gempa, sudah baca tulisan tentang ini disini, kan ?


Peta seismisitas disebelah ini menunjukkan betapa pulau Jawa dan Sumatra ini merupakan daerah gempa ya ? Tapi jangan takut, tidak semua gempa-gempa ini kamu rasakan. Gempa-gempa dengan kekuatan besar diatas 5SR kalau terjadinya jauuuh didalam bumi sana kita tidak merasakannya dipermukaan. Hanya alat-alat saja yang mencatatnya. Coba lihat Filipina, disana gempa suangat lebih sering karena adanya tubrukan lempeng Pasifik dengan lempeng Asia.

Nah skali lagi saya beritahu ya, kemungkinan atau peluang anda terkena gempa jauh lebih kecil daripada terkena atau mengalami kecelakaan di jalan raya. Jadi hati-hati menyeberang jalan !. Kalau naik Bis kota Metromini atau angkot harus pegangan dan hati2 dompetnya kecopetan .. upst !!

OK deh, tulisan ini salah satu wacana awal buat siapa saja supaya tahu apa yg terjadi dan apa penjelasan ilmiah tentang gempa yg sudah sering terjadi di Indonesia. Kalau di koran biasanya ngga ada gambarnya kan ? Nah gambar itu boleh di unduh (download) trus dipajang di kamar sebagai pertanda awal mengenal bumi tempat berpijak.

Apa yang kau lihat dari peta seismisitas diatas itu ?

KALIMANTAN !!!
Ya betul Pulau Kalimantan merupakan daerah yg sangat jarang mengalami gempa, namun kenapa kok Kalimantan tidak banyak populasi orangnya ? Bandingkan dengan populasi di Jawa dan Sumatra.

Semua ini saling terkait, salah satunya keterkaitan dengan ketersediaan energi dan sumberdaya alam. Sumatra, Jawa hingga Bali-Nusa tenggara ini tanahnya lebih subur. Energi juga lebih bayak tersedia di daerah Jawa dan Sumatra yang penuh gempa ini. Coba tengok dimana saja terdapatnya minyak dan gas bumi, juga geothermal.

Eh ..... Kalau berpikir untuk 200 tahun kedepan ..... Bagaimana kalau memindahkan ibukota ke Pontianak ?

salam

RDP
---------
Referensi :

Sribudiyani, Indra Prasetya, Nanang Muchsin, Benyamin Sapiie, Rudy Ryacudu, Sukendar Asikin, Triwidiyo Kunto, Agus H. Harsolumakso, Puji Astono, Ivan Yulianto, 2003, THE COLLISION OF THE EAST JAVA MICROPLATE AND ITS IMPLICATION FOR
HYDROCARBON OCCURRENCES IN THE EAST JAVA BASIN, PROCEEDINGS, INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Twenty-Ninth Annual Convention & Exhibition, October 2003

Masih soal Banjarpanji case

Pendapat Andang Bachtiar (ex Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia) tentang Mud Flow di Banjar panji ada disini :
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/msg13973.html
Menurut penuturannya bahwa penyebab utamanya adalah "Underground Blow Out", yaitu pecahnya formasi akibat beban lumpur berat. Lumpur berat ini memang sangat diperlukan dan merupakan tindakan praktis yg dilakukan ketika menghadapi sebuah reservoir dengan tekanan tinggi. Hal juga dilakukan oleh operator-operator yang lain ketika melakukan pengeboran ditempat-tempat yg memiliki tekanan sangat tinggi

Ada tambahan catatan saya dari media yg saya kumpulan lewat internet :

My note :

Kalau membaca di Minergynews.com, terlihat ada sedikit keteledoran yg dilakukan di Banjarpanji-1.

quote -- Dalam keterangan tertulis yang disampaikan Wakil Presiden Bidang General Affairs Yuniwati Teryana disebutkan, sesuai dengan program pengeboran yang telah disetujui, pipa 9 5/8 inci akan dipasang 15-20 kaki (4,5-6 meter) di dalam formasi Kujung. Formasi Kujung tersebut diperkirakan berada pada kedalaman 8.500 kaki (2.591 meter). -- end quote.

Kalau melihat pengalaman sumur Porong-1, BD-1 dan 2 di offshore Madura (lihat publikasi di IPA) semestinya pemasangan pipa 95/8 inci ini dipasang "sebelum" (diatas) Formasi Kujung.

Start Quote ---Desain ini dibuat berdasarkan pengalaman pengeboran sumur terdekat, yakni sumur Porong-1, di mana casing dipasang 50 kaki (15,24 meter) di atas formasi Kujung, telah menimbulkan masalah loss dan kick yang sangat sulit diatasi. Permasalahannya, sumur ini adalah sumur eksplorasi, di mana kedalaman formasi (lapisan batuan) tidak bisa diprediksi secara tepat, maka penentuan kedalaman pipa sangat ditentukan oleh tekanan aktual formasi dan kondisi lubang pada saat itu. -- End Quote
Disinilah kontradiksinya.
Kalau sesuai dengan pengalaman sumur Porong-1 semestinya pemasangan casing (selubung) dipasang "sebelum/diatas" formasi Kujung bukan didalam (dibawah batas atas) Formasi Kujung. Walaupun memang betul dalam pengeboran sumur eksplorasi kadangkala kedalamannya tidak mudah diprediksi, sehingga sering muncul keraguan menentukan batas atas ini. Namun sesuai dengan design sumur yg disebutkan diatas yang akan memasang selubung didalam (dibawah top) Formasi Kujung adalah kurang tepat. Kalau memang yg dilakukan saat operasi sesuai dengan design maka designnya-lah yang kurang tepat. Implikasinya tentunya dengan pemberi persetujuan design yg diterima EMP-Lapindo.

Pengalaman sumur-sumur sebelumnya bisa dipakai sebagai bahan pembelajaran, dalam hal ini ada 5 sumur (Porong-1, KE11-e, KE-11, BD1 dan BD-2). Untuk menghindari komplikasi loss-kick yg disebutkan diatas, sumur BD-1 dan 2 bahkan melakukan dua kali (dua section), untuk mengatasi kick dan untuk mengatasi loss. Lihat artikel di IPA tahun 1990.

Ada juga pernyatan Crist Newton di Press release EMP yg justru memberatkan EMP:
Quote dr beberapa website ttg oil and gas EP --> "Mr. Chris Newton, President Director of ENRG said that "the Banjarpanji-1 well was drilling at a depth of 9,297 feet and while implementing standard well control procedures, the company observed steam, water and a minor amount of gas bubbling to the surface some 200 meters from the drilling location. The associated H2S smell from the surface emission necessitated an evacuation of people in the immediate vicinity."

.... cut .....

"ENRG does not expect to lose the hole and while we are currently focusing on the current situation, we expect to complete the well in due course"


Pernyataan press release itu akhirnya memberatkan EMP karena sudah jelas terjadi BO bahkan keluar steam buble 200 m dari wellhead gitu kok masih saja ingin mempertahankan sumur, ini jelas keliru mnurutku, dan sangat memberatkan karena dianggap serakah. Karena tidak mau mengalah meninggalkan Banjar Panji-1. Ya barangkali ini merupakan risiko sebagai CEO yg membawahi peusahaan yg sudah go public.

rdp

Monday, June 19, 2006

Ada apa dengan mud flow di Jawa Timur ini ?

Banyak yg bertanya-tanya apa sebenarnya terjadi.
Saya mencoba menjelaskan apa yg terjadi (bukan penyebab bisa terjadi) berdasarkan atas data-data yg diketemukan dari Mailist serta publikasi-puiblikasi yang ada.

Gambar satu dibawah memperlihat penampang dari Porong Reef (modifkasi dari Kusumastuti, 2002). Terlihat disitu proyeksi dari sumur Porong-1. Coba perhatikan :
- Patahan yg memotong puncak dari batugamping Formasi Kujung
- Indikasi SLUMP (kemungkinan menunjukkan mobile shale)
- Collapse zone (indikasi pernah terjadinya colapse didaerah ini pada masa lampau)

Dari paper ilmiah yg dipublikasikan AAPG (American Association of Petroleum Geologist) dan ditulis oleh Arse Kusumastuti tahun 2002 ini diketahui bahwa adanya colapse pada masa lampau.

Pada saat operasi terjadi liquifaction (pencairan) atau seperti agar-agar yg dihentakkan secara mendadak sehingga mecotot keluar. Pada kondisi stabil mobile shale (mobile clay) ini seperti tanah lempung yg sering kita lihat dipermukaan yg sangat liat. Namun ketika kondisi dinamis (karena mengalir) maka percampuran dengan air bawah tanah menjadikan lempung ini seperti bubur.

Gambar 2 memeprlihatkan Sumur Banjar Panji-1 dilokasi yg berdekatan dengan Porong-1. Harap diketahui bahwa BP-1 tidak berada persis dalam line seismic ini. Namun untuk mempermudah saya gambarkan terproyeksi ke seismic yg ada. Kedalaman sumur ini sudah 9200 feet atau secara verikal mungkin sekitar 3.5 Km.

Dari hasil diskusi di beberapa mailist serta informasi di media, diketahui bahwa yg keluar saat ini adalah lumpur dengan material yg berasal dari formasi berumur Pliosen. Analisis nannofosil di lumpur menunjukkan umur sekitar Pliosen - sama dengan kandungan fosil di kedalaman 2000-6000 ft di sumur tersebut, ppm cloride sekitar 10.000, lumpur mengandung material volkanik, di awal2 semburan lumpur mengeluarkan gas H2S, temperatur lumpur sekitar 40-50 deg C.

Mud volkano ini bisa melalui crack (patahan) yang sudah ada dapat juga melalui pinggiran sumur dengan membentuk crack/fracture yang baru. Keduanya akan menyebabkan kejadian yang sama yaitu keluarnya lumpur.

Sumur hijau menunjukkan bagaimana kemungkinan atau salah satu cara menghentikan luapan dari lumpur yg mobile dibawah ini. Caranya salahsatunya dengan mempompakan lumpur dengan berat jenis tinggi sehingga lumpur dibawah tidak kuat lagi "menendang" (flowing) ke atas.

Mekanisme mudvolkano ini mirip yg ada di Bledug Kuwu juga di Sangiran dome seperti yg digambarkan dibawah ini.
Dengan debit luapan lumpur mencapai 5000 meterkubik sehari dapat dipastikan yg keluar saat ini sudah bukan lumpur pemboran. Pencemaran alamiah seperti ini yg perlu dicegah.


--- tambahan ---

Peta serta korelasi penampang sumur2 yg menembus batuan2 yg mirip dengan yg ditembus di BD-Ridge.











Sunday, June 18, 2006

Efek bulan terhadap pasang-surut, gempa dan gunung api

Mungkin anda pernah mendengar adanya artikel tentang pengaruh bulan terhadap kegempaan, bahkan gempa sering terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Menarik bukan ?

Benarkah ini ?
Apakah ini merupakan penemuan science atau klenik ?

Gempa dan juga letusan gunungapi merupakan kegiatan yg bersifat "seketika" atau mendadak dan dipicu oleh sebuah "trigger" berupa perubahan kecil. Gunung api mungkin didahului dengan gejala-gejala lain sebelum benar-benar erupsi (meletus), baik erupsi effusive (seperti aktifitas Gn Merapi) maupun eksplosif (meletusnya Pinatubo, atau Kralatau dan Tambora). Namun gempa sangat sulit diprediksi dan gempa bersifat lebih mendadak ketimbang Gunung Api. Namun keduanya sangat dipengaruhi oleh kondisi grafitasi bumi pada saat itu.

Sudah cukup banyak penelitian yg memperlihatkan adanya hubungan antara terjadinya gempa-gempa besar dengan pasang surut (tide). memang tidak selalu kondisi pasang-surut maksimum menyebabkan terjadinya gempa. hanya saja pada saat bulan purnama atau bulan mati peluang terjadinya gempa sangat besar.

Apa sebenernya pengaruh bulan terhadap aktifitas gempa bumi ?

Bulan sangat mempengaruhi pasang surut. Pasang surut ini tentu saja mempengaruhi gaya gravitasi bumi dan merubah berat benda. Teori terjadinya gempa sering disebut "elastic rebound" atau proses pelentingan. Seperti ketapel bila dilepas maka kareat akan melentingkan batu didalamnya. Sama juga dengan gempa akibat tekanan pergeseran lempeng tektonik yg tertahan maka efeknya seperi karet yg tertahan. Nah penahan ini sangat dipengaruhi oleh beratnya sendiri, dimana berat benda tentunya tergantung dari grafitasinya. Pernah lihat kan kalau gravitasi di angkasa sangat kecil sehingga melayang. Nah grafitasi di bumi sebenarnya juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik bulan) dan juga tentunya matahari.

Dibawah ini gambaran bagaimana frekuiensi gempa-gempa dihubungkan dengan peredaran bulan.
Lantas apa yg harus dilakukan.
Penelitian lain yg menunjukkan dimana daerah-daerah "matang" untuk terjadinya gempa perlu diketahui. Dan melihat kondiri pasang surut bukan hal sia-sia, namun tidak perlu takut apalagi trus fobia terhadap bulan purnama. Hanya perlu waspada pada saat bulan purnama.

Jaman dahulu setiap bulan purnama sering diikuti dengan sesajian untuk menolak bala, namun dengan science kita tahu bahwa sebenernya dengan sesajianpun tidak akan menolong dari terjadinya gempa. Justru mungkin dengan kewaspadaan dibulan purnama ini yg menjadi hikmah mengapa dibulan purnama manusia harus memberikan perhatian khusus.

Nah kalau anda tertarik bagaimana teori tentang meningkatnya peluang gempa terhadap pasang surut yg dipengaruhi oleh bulan, matahari dan siklus-siklus lainnya bisa dilihat juga di :
http://www.freewebz.com/eq-forecasting/130.html

Science 19 July 2002:
Vol. 297. no. 5580, pp. 348 - 349
DOI: 10.1126/science.1074601

Perspectives
GEOPHYSICS:
Tides, Earthquakes, and Volcanoes
Junzo Kasahara

Earthquakes and volcanic eruptions are caused primarily by plate tectonics. But as Kasahara explains in his Perspective, several recent studies provide evidence that tidal forces influence earthquakes associated with volcanic activity. This idea was first suggested in the 1930s, but the forces involved were long considered too weak and the evidence too limited. Recent results from the Juan de Fuca Ridge in the Pacific show a particularly clear diurnal pattern attributed to ocean tides.

The author is at the Earthquake Research Institute, University of Ttdokyo, 1,1,1,Yayoi, Bunkyo, Tokyo 113-0032, Japan. E-mail: kasa2@eri.u-tokyo.ac.jp


source picture: http://www.freewebz.com/eq-forecasting/130.html

Friday, June 16, 2006

Segalanya menjadi wajar ketika sains menjelaskan

Gempa yg terjadi disebut sebagai disaster yg asli katanya berasa dari "dis" dan "star"

quote from www.webster.com
Main Entry: di·sas·ter
Pronunciation: di-'zas-t&r, -'sas-

Function: noun
Etymology: Middle French &amp;amp;amp;amp; Old Italian; Middle French desastre, from Old Italian disastro, from dis- (from L) + astro star, from Latin astrum -- more at
1 : a sudden calamitous event bringing great damage, loss, or destruction; broadly :
2 obsolete : an unfavorable aspect of a planet or star a sudden or great misfortune or failure
Secara harfiah artinya bisa lebih mudah dimengerti bahwa bencana dikenal sebagai akibat bintang jatuh. Ya kejatuhan bintang sejak dulu dikenal sebagai penyebab malapetaka. Ya, sejak jaman kuno bintang jatuh dianggap sumber terhadap bencana (malapetaka).

Kita tahu bahwa bintang jatuh juga memiliki (musim) waktu-waktu tertentu, sehingga dikenal hujan meteor. Bumipun juga pernah mengalami kejatuhan meteor. Bahkan kejatuhan meteor ini dianggap sebagai biang kerok punahnya DinoSaurus. Kalau anda mengamati bulan, maka terlihat banyak sekali lubang-lubang hantaman meteor ini. Namun kita tidak menganggap bintang jatuh dibulan ini sebagai petaka. Kitapun tidak menganggap jatuhnya meteor di bumi yg mempunahkan dinosaurus sebagai petaka.
Mengapa ? Lah karena ndak ada manusia disana wektu itu.

Hal yang sama sebenernya dengan gempa. Gempa itu terjadi berkali-kali di bumi ini. Bahkan jutaan kali sejak terbentuknya bumi. Dan bahkan tercatat paling tidak 5 kali gempa berkekuatan diatas 5 SR dibumi ini setiap hari ! ... ya 5 kali gempa diatas 5 SR setiap hari !

Coba tegngok di websitenya USGS ... Atau tengok juga dalam peta dibawah ini yg memperlihatkan gempa diatas 2.5 SR yg terjadi sepekan kemarin berjumlah 243 kali terjadi. Ya, bayangkan bumi ini bergetar-getar sejak dulu.


Apakah yg terjadi di Jogja itu langka ?

Ya hanya karena ada manusia di atas tanah Bantul itu saja lah kita menganggap bahwa gempa adalah sebuah bencana. Padahal gempa adalah sebuah kejadian alam baisa saja.
Jadi kalau kejadian gempa jangan terburu-buru menunuh Tuhan murka, alam menghukum manusia, atau mereka meninggalkan tuhannya dan dipanggil kembali. Memang dahulu manusia tidak tahu bagaimana gempa itu terjadi. Baru limapuluh tahun yang lalu teori gerakan lempeng tektonik diketahui manusia. Ya, baru limapuluhtahun yang lalu !. Masih baru-baru ini saja gempa diketahui bagaimana kemungkinan terjadinya. Manusia masih terus mencoba mengenalinya.
Seratus tahun yang lalu, masih wajar kalau banyak yg menyatakan bahwa gempa itu akibat Tuhan marah dengan manusia. Menganggap bahwa gempa adalah sebuah hukuman, menganggap gempa sebuah ujian atau teguran dan sebagainya hanyalah karena manusia tidak bersedia menerima segala kejadian alam ini menimpanya.

Hujan juga terjadi setiap hari sebagaimana gempa, sejak dahulu juga ... tetapi mengapa hujan dianggap karunia dan gempa sebagai bencana ?

Kenalilah gempa sebagai fenomena dan kejadian alam biasa ... kenalilah dia, selidiki dia, bertanyalah dengan alam, bacalah dalam catatan alamnya yang berupa runtuhan-runtuhan akibat proses kegempaan, kenalilah rekamannya dalam catatan pohon, dalam koral ... Kenalilah perilakunya, dimana saja gempa ini berada ..... sehingga kita hidup damai bersamanya ...

Salam.